ABSTRAKBorderline Intellectual Functioning adalah salah satu kondisi klinis dengan
karakterisitik skor IQ berada pada kisaran 71 sampai dengan 84 (DSM-IV-TR,
2000). Dalam hubungan anak dengan lingkungan sosial terutama dengan teman
sebaya, anak dengan taraf kecerdasan borderline dapat mengalami kesulitan untuk
menyesuaikan diri dengan lingkungan pergaulan karena cara pandang yang naif
atau kecenderungan menarik diri. Agar anak mampu menjalin hubungan dengan
lingkungan sosialnya terutama dengan teman sebaya, maka mereka memerlukan
keterampilan sosial yang cukup.
Keterampilan sosial adalah kemampuan untuk berinteraksi dengan orang
lain dengan cara tertentu dalam suatu konteks sosial yang dapat diterima dan
dihargai secara sosial serta pada saat yang sama saling menguntungkan (Combs &
Slaby dalam Cartledge & Milbum, 1995). Perkembangan keterampilan sosial
sendiri adalah suatu proses yang terus beijalan, sesuatu yang dipelajari serta tidak
diperoleh begitu saja.
Keterampilan sosial dapat dilatih melalui pelatihan keterampilan sosial
yaitu instruksi yang dilaksanakan dalam area perilaku untuk meningkatkan
interaksi positif dengan orang lain (Mclntyre, 2001). Menurut Cartledge dan
Milbum (1995), salah satu metode dalam pelatihan keterampilan sosial adalah
melalui social modeling yaitu suatu proses yang menghasilkan model perilaku
sosial yang memungkinkan seseorang belajar melalui observasi dan imitasi.
Menurut LaGreca (dalam Cartledge & Milbum. 1995) perilaku menyapa
adalah salah satu area komunikasi yang memberikan kontribusi dalam hubungan
dengan teman sebaya yang positif. Salah satu komponennya adalah perilaku
tersenyum ketika bertemu teman (Cartledge dan Milbum, 1995).
Pelatihan dilaksanakan selama lima sesi. Pada sesi satu dilakukan kegiatan
identifikasi perilaku tersenyum sebagai komponen dalam menyapa teman melalui
penyajian model berdasarkan lokoh dalam buku cerita. Pada sesi dua merupakan
kesempatan melatih perilaku tersenyum (skiII performance) melalui penyajian
model dengan menggunakan boneka dan role play. Sementara sesi tiga hingga
sesi lima merupakan sesi melatih perilaku tersenyum di setting sekolah. Berdasarkan hasil pelaksanaan pelatihan, tampak bahwa pelatihan
keterampilan sosial pada anak dengan taraf kecerdasan borderline dengan
menggunakan metode social modeling dapat melatih perilaku tersenyum sebagai
komponen perilaku menyapa teman. Subyek tampak mampu memperlihatkan
perilaku tersenyum dalam kegiatan pelatihan walau masih memerlukan
pengarahan dan bimbingan.
Untuk memperbaiki rancangan pelatihan di kemudian hari, diperlukan
assessment keterampilan sosial yang mendalam sebelum merancang program.
Selain itu jenis kegiatan pelatihan sebaiknya bersifat konkrit, terstruktur dan
menyenangkan bagi anak. Latihan perilaku juga sebaiknya dilakukan pada
beragam situasi sosial sehingga memudahkan generalisasi perilaku.