Manusia tidak terlepas dari emosi, karena emosi merupakan reaksi yang paling cepat muncul pada individu dalam berbagai situasi. Munculnya masalah psikologis dari emosi tidak terlepas dari regulasi emosi. Apakah emosi yang muncul pada seseorang akan menjadi masalah fisiologis atau psikologis yang berat atau mencapai well being, merupakan peran dari regulasi emosi.
Penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana gambaran emosi dan regulasi emosi pada anak dengan Leukemia dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Regulasi emosi meliputi situation selection, situation modification, attentional deployment, cognitive change, dan response modulation.
Simpulan menunjukkan bahwa anak dengan Leukemia mempunyai emosi negatif terutama saat awal diagnosis seperti sedih, takut, marah, malu, bosan, yang dirasakan pada berbagai situasi, yaitu masa penegakkan diagnosa, persiapan kemoterapi dan kemoterapi. Dalam menghadapi emosi tersebut, mereka melakukan regulasi emosi baik secara intrapersonal maupun interpersonal. Regulasi emosi response focus lebih banyak digunakan pada awal anak didiagnosis Leukemia, dan regulasi emosi antecedent focus dilakukan oleh pihak eksternal. Setelah menjalani kemoterapi sekitar 1 - 3 bulan, anak mampu melakukan regulasi emosi antecedent focus secara intrapersonal, dan regulasi emosi response focus menjadi menurun. Anak dengan kapasitas perkembangannya dan didukung stimulus eksternal mampu memilih respon tertentu dalam melakukan regulasi emosi yang bersifat adaptif, (adaptive response alternatives) dan bisa digunakan pada berbagai kondisi.