ABSTRAKIndonesia merupakan negara yang sangat rawan terhadap bencana. Hal ini terjadi
hampir di semua wilayah termasuk Jakarta. Salah satu bencana yang sering teijadi
di Jakarta adalah kebakaran. Walaupun seringkali dianggap sebagai faktor
kelalaian dan bersifat insidental namun kebakaran telah menjadi bencana akibat
dampak yang ditimbulkannya. Dalam kenyataannya, kebakaran umumnya teijadi
di lingkungan padat dengan penduduk yang memiliki status ekonomi dan sosial
rendah. Oleh karena itu, penelitian ini dimasudkan untuk melakukan intervensi
terhadap komunitas rawan kebakaran di Jakarta agar tercipta ketahanan
lingkungan terhadap bahaya kebakaran. Studi ini dilakukan di RW 04 Kelurahan
Manggarai, Jakarta Selatan karena wilayah tersebut termasuk kategori daerah
rawan kebakaran di Jakarta.
Dengan memperhatikan rumitnya permasalahan kebakaran, maka penelitian
difokuskan pada aspek kesiapsiagaan (preparedness). Untuk itu, digunakan
model kognitif-sosial terhadap faktor-faktor intention to préparé. Hal ini
dimaksudkan agar dapat diperoleh bentuk komunikasi risiko yang sesuai dengan
kebutuhan masyarakat. Pendekatan terhadap masyarakat dilakukan dengan
menggunakan metode community capacity enhancement yang bertujuan mencari
kapasitas masyarakat agar dapat digunakan dan dikembangkan dalam aktivitas
intervensi. Dalam hal ini, kapasitas yang dikembangkan adalah organisasi lokal.
Sementara itu, metode baseline yang dilakukan bersifat kualitatif melalui teknik
vulnerability and capacity assessment untuk memperoleh gambaran yang utuh
tentang kerentanan dan kapasitas komunitas.
Berdasarkan berbagai proses dan aktivitas intervensi yang dilakukan maka
diperoleh hasil : 1 ) adanya peningkatan pengetahuan masyarakat terhadap
kesiapsiagaan kebakaran; 2) adanya peningkatan outcome expectancy melalui
perubahan prilaku kesiapsiagaan spesifik; 3) terbentuknya format tim siaga lokal;
4) adanya aktivitas penyebaran informasi nonformal di masyarakat. Hasil tersebut
memperkuat penelitian yang menyatakan bahwa keberhasilan program intervensi
kesiapsiagaan kebakaran berbasis komunitas perlu memperhatikan aspek lokalitas
masalah sehingga tidak ada satu bentuk komunikasi risiko yang efektif
menjangkau semua kelompok sebagaimana diterapkan oleh instansi pemerintah
saat ini. Oleh karena itu, asesmen mendalam tentang komunitas merupakan hal
yang harus diutamakan sebelum menjalankan program intervensi terkait
permasalahan kebakaran.