Naskah ini merupakan kumpulan dari berbagai macam teks suluk yang mengajarkan berbagai hal berkaitan dengan mistik Islam. Naskah ini diberi judul Serat Suluk Campuran (hlm.1), sedangkan rincian masing-masing teks yang terkandung dalam naskah ini adalah: 1. Teks yang mengajarkan agar seseorang berbakti kepada Tuhan dengan melakukan tindakan yang baik dan menghindarkan hal yang buruk (hlm.1 ? 13); 2. Suluk Seh Tekawardi (13 ? 47); 3. Serat Seh Idayatollah (48 ? 63); 4. Serat Wulangreh (63 ? 69); 5. Martabat Pitu (69 ? 77); 6. Suluk Ngelmi cuplikan dari Kitab Darul Ngaraili (77 ? 84); 7. Teks ajaran tentang roh (84 ? 94); 8. Pralambang Ngelmu (94 ? 101); 9. Teks berisi ajaran filosofis Islam tentang makrifat (101 ? 104); 10. Kitab Anasir (104 ? 123); 11. Suluk Seh Beret ( 123 ? 129); 12. Musawaratan para wali ( 129 ? 136); 13. Kitab Mubin (136 ? 139); 14. Kitab Ijramusalam (139 ? 144); 15. Bab Napas Enem (145 ? 147); 16. Belis sarta Mikrat (147 ? 160); 17. Sida Lamong (160 ? 179); 18. Sejarah Seh Maulana atau Sunan Gunung Jati (179 ? 182); 19. Uraian bab aksara Arab (183 ? 190); 20. Seh Malaya (190 ? 195); 21. Kabar Kiyamat (195 ? 204); 22. Suluk Sukma Sejati (204 ? 213); 23. Suluk Ratu Sekawan (213 ? 219); 24. Suluk Bayan Mani (219 ? 256); 25. Penuntun peshalatan (256 ? 267); 26. Teks ajaran orang tua kepada anaknya (267 ? 281); 27. Piwulang Estri ( 281 ? 289).
Naskah ini memiliki gambar yang menarik pada awal teks, yaitu gambar mahkota kerajaan dengan bingkainya yang berangkatahun 1812, sedangkan pada hl.1 terdapat daftar pupuh dari masing-masing teks. Tampaknya daftar isi ini merupakan tambahan peneliti terdahulu. Di sini juga ditemukan nama Prawirasomarna, diduga nama ini adalah pemilik atau peneliti naskah terdahulu. Peneliti terdahulu atau pemilik naskah ini sering menambahkan beberapa catatan.
Keterangan di dalam kolofon teks menyebutkan, Ulun arsa amiwiti nulis, nedhak serat suluk cecampuran, awid ri malem Senen Pon, wancinya pukul pitu, wulang Mulut tanggal kaping Ji, tahun Jimakir mongka, sangkalaning tahun Sembah Tatat Dipanggendra (1852 J atau 1921 M). penanggalan yang dipergunakan penyalin tampaknya tidak sesuai, karena tahun 1852 J jatuh pada warsa Ehe bukan warsa Jimakir seperti yang disebutkan di atas.
Tampaknya kesalahan penyalin terletak pada pembuatan candrasengkala, karena berdasarkan perhitungan warsa Jimakir tanggal 1 Mulud jatuh pada hari Senen Pon. Sementara pada warsa Ehe jatuh pada hari Rabu Paing. Keterangan kolofon lainnya menyebutkan tatkala wiwit tinulis, negari Ngayugyakarta Adiningrat mangluri criyos, pukul asta ri Anggara, Rejep ing wulanira, tahun Ehe kang lumaku,kalmia ing mansira. Sengkalanira winarni, Murti Nembah Slira Tunggal (1828 J atau 1898 M) (hlm.69). Berdasarkan dua kolofon di atas, penyalinan naskah ini diperkirakan berkisar antara akhir abad ke-19 hingga awal abad ke-20, di Yogyakarta.
Menurut keterangan di luar teks, naskah ini dibeli Pigeaud dari R. Gandasutarya, Suryaputran seharga f3,- pada tanggal 22 November 1938.
Naskah ini selain berisi teks pokok, terdapat juga berbagai macam catatan dan gambar-gambar yang kemungkinan dibuat oleh pemilik naskah terdahulu. Catatan yang ditemukan berkisar tentang peringatan kelahiran seseorang dan gambar-gambar orang, wayang dan kuda (hlm.292 ? 299).