Data THIRST menyatakan bahwa sebanyak 46,1% penduduk Indonesia mengalami dehidrasi ringan. Meskipun demikian, penelitian terhadap asupan cairan subjek berusia lanjut di Indonesia masih jarang dilakukan. Padahal, subjek berusia lanjut memiliki faktor risiko yang lebih besar untuk mengalami dehidrasi. Dampak dehidrasi pada subjek berusia lanjut juga cukup berbahaya, sehingga dalam penanganan dehidrasi dibutuhkan pengawasan dari orang-orang sekitar subjek. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan dengan asupan cairan pada subjek berusia lanjut. Pengambilan data dilakukan di Yayasan Kasih Keluarga, Pejaten, Jakarta Selatan pada Januari 2012. Peneliti memberikan kuesioner berisi 10 pertanyaan tentang asupan cairan yang terdiri atas 5 kategori, gejala, fungsi, keluarnya cairan, sumber, dan jumlah cairan, sebagai data untuk mengetahui tingkat pendidikan. Peneliti juga memberikan buku asupan cairan harian yang harus diisi subjek selama dua hari untuk mengukur asupan cairan subjek. Untuk mempermudah pengisian buku asupan cairan harian, peneliti memberikan gelas sebagai standar minum pada dua hari tersebut. Penelitian ini merupakan studi cross sectional dengan pengambilan sampel secara total population. Data yang didapat akan dianalisis dengan uji chi-square menggunakan program SPSS version 19. Pada akhir penelitian terdapat 35 subjek penelitian yang berpartisipasi. Sebagian besar subjek, yaitu sebanyak 31 dari 35 subjek merupakan perempuan dan 20 dari 35 subjek tidak bersekolah. Sebanyak 19 dari 35 subjek memiliki tingkat pengetahuan buruk, sedangkan sebagian besar, yaitu sebanyak 32 dari 35 subjek memiliki asupan cairan adekuat. Pada penelitian ini didapatkan data bahwa tidak terdapat hubungan bermakna antara tingkat pengetahuan dengan asupan cairan pada subjek berusia lanjut (p = 0,337).
Based on THIRST’s data, 46.1% citizens of Indonesia were diagnosed mild dehydration. In Indonesia, research about water intake in elderly are rarely held. Elderly has more risk factors to become dehydration and more dangerous complications because of dehydration. Elderly need supervision from others to control and remind them to drink. Because of that background, the purpose of this research is to know correlation between knowledge and water intake in elderly. Samples were collected in Yayasan Kasih Keluarga, Pejaten, Jakarta Selatan on January 2012. As a method, researcher gave 10 questions’ questionnaire about body fluid, its function, resource, volume, signs and symptoms of dehydration. Those questionnaires were collected to measure their knowledge about water intake. Researcher also gave them ‘buku asupan cairan harian’ that had to be filled with their water intake during two days. To make it easier to fill the sheet, we gave them a standard glass so they only had to fill the sheet with how many glasses they drink that day. Researcher will convert it into milliliters. This is a cross sectional study with total population as sampling method. The data will be analyzed by chi-square test using SPSS version 19. Thirty one of 35 subjects are female and 20 of 35 subjects had not studied at school. Nineteen of 35 subjects had poor knowledge, yet 32 of 35 subjects had adequate water intake. From this research, we can make a conclusion that there is no correlation between knowledge and water intake in elderly (p = 0,337).