ABSTRAKMasyarakat Minangkabau yang tersebar di seluruh penjuru Indonesia mengalami
penurunan rasa kepercayaan diri akan identitas. Untuk meningkatkannya, perlu
pemahaman lebih terhadap unsur budaya. Gonjong sebagai salah satu elemen
arsitektur sekaligus merupakan unsur budaya menjadi hal yang tepat untuk
dipahami. Pemahaman dilakukan dengan pencarian pemaknaan gonjong yang
merupakan bentuk atap yang digunakan pada Rumah Gadang. Pemaknaan
gonjong dibahas berdasasarkan teori semiotika. Dalam semiotika terdapat proses
semiosis abadi yaitu perkembangan pemaknaan yang terjadi terus menerus.
Pembahasan perkembangan pemaknaan dalam semiotika membutuhkan latar
belakang kebudayaan masyarakat yang mengalami. Dalam perkembangan
kebudayaan masyarakat Minangkabau, pengaruh Islam yang sangat kuat
menimbulkan banyak pergeseran pemaknaan. Pergeseran makna yang sudah
tertanam berkembang pada perkembangan pemaknaan ke arah expression atau
bentuk penanda, yaitu gonjong.
ABSTRACTMinangkabau people which spreaded all around Indonesia is having a decreased
self confidence in identity. To solve this issue, the people of Minangkabau needs a
deeper understanding about their cultural elements. Gonjong as an architectural
element which also acts as cultural elements are important to be understood. The
understanding of gonjong is received by doing research on interpretation of
gonjong as the roof of Rumah Gadang. Theory of semiotics is used to find the
interpretation of gonjong. The theory of semiotics explains about the infinite
process of semiosis which means the continuous evolution of interpretation. This
evolution of interpretation have to be discussed along with the cultural
background of the civilization. In the case of Minangkabau’s cultural
development, the strong influence of Islam creates many shifting of meanings.
The shifting of meanings is developed into “expression” or the form of the sign,
which is gonjong.