ABSTRAKAdanya kendala perizinan mendirikan gereja memicu umat Kristen mencari
alternatif pengadaan tempat ibadah. Salah satunya dengan menginsersikannya ke
dalam bangunan yang sudah ada. Skripsi ini mengangkat studi kasus Gereja Kristen
Indonesia (GKI) Jatibening yang bertempat di rumah jemaatnya secara bergantian.
Permasalahan yang dibahas yaitu proses gereja tersebut diproduksi, dan perubahan
pola ruang dalam (interior) apa saja yang terjadi. Dari temuan didapat kesimpulan
bahwa dalam proses produksi gereja mandiri lebih didominasi simbol dan bentuk
fisik atas relasi manusia dengan Tuhan. Sedangkan pada gereja di rumah, terdapat
perbedaan kualitas ruang yang secara mendasar disebabkan oleh jarak, yang
walaupun menjadi keterbatasan, tetapi di sisi lain menghadirkan peluang
berinteraksi dan membina relasi antar pelaku kebaktian.
ABSTRACTThe existence of permit constraints for building a church led the Christians in
Indonesia to seek an alternative way in providing a space to worship. One of the
methods is by inserting the worship place within the existing buildings. This thesis
will discuss the case study of Gereja Kristen Indonesia (GKI) Jatibening
congregation, which takes place inside the houses of its Christian adherent. Issues
that will be discussed centered on production processes of congregation and the
changes of pattern within the inner space (interior). The findings on this case study
concluded that production process of standalone congregation is dominated by
symbols and physical form of human and God relationship. While for the
congregation inside a house, there’s a fundamental difference of spatial quality as
result of distance that has become a limit, but on the other hand, it creates a chance
for interaction and initiate relation between the worshiper