ABSTRAKStudi ini bertujuan untuk mengetahui hubungan indeks massa tubuh (IMT)
dengan konversi sputum pada pasien TB paru BTA positif. Studi dilakukan pada
Desember 2013 – Januari 2014 di poli paru RSUP Persahabatan. Desain studi
yang digunakan adalah desain studi kohort retrospektif. Jumlah sampel pada studi
ini adalah 120 pasien, 60 pasien dengan IMT < 18,5 kg/m2 dan 60 pasien dengan
IMT ≥ 18,5 kg/m2. Sampel diambil secara konsekutif. Dari studi ini, diketahui
bahwa probabilitas kumulatif gagal konversi pasien TB paru sebesar 17,0% dan
sebanyak 9,2% pasien TB paru mengalami gagal konversi. Probabilitas kumulatif
gagal konversi pada pasien TB paru BTA positif dengan IMT < 18,5 kg/m2
(24,4%) lebih besar dibanding pasien dengan IMT ≥ 18,5 kg/m2 (9,3%). Di antara
pasien dengan IMT < 18,5 kg/m2, hazard rate konversi sputum akan semakin
rendah jika peningkatan berat badan yang dialami pasien di akhir tahap intensif <
1 kg dibandingkan dengan pasien yang mengalami peningkatan berat badan ≥ 1
kg. Hasil analisis multivariat menunjukkan bahwa indeks massa tubuh < 18,5
kg/m2 menurunkan peluang terjadinya konversi sebesar 37,8% (HR 0,622; 95%
CI 0,389-0,995) setelah dikontrol oleh kategori pengobatan, peningkatan berat
badan di akhir tahap intensif, dan hasil sputum di awal pengobatan. Status gizi
pasien selama masa pengobatan perlu ditingkatkan untuk menunjang keberhasilan
pengobatan.
ABSTRACTThe aim of this study was to identify the association of body mass index
(BMI) with sputum smear conversion among AFB positive pulmonary tuberculosis
patients. This study was conducted from Desember 2013 to Januari 2014 at
pulmonary ward RSUP Persahabatan. The design study was retrospective cohort.
A total of 120 patients consecutively enrolled in this study, 60 patients having
BMI < 18,5 kg/m2 and 60 patients having BMI ≥ 18,5 kg/m2. The cumulative
probability of failed conversion among AFB positive pulmonary tuberculosis
patients was 17,0% and 9,2% patients failed to have sputum conversion. The
cumulative probability of failed conversion among patients having BMI < 18,5
kg/m2 (24,4%) was higher than patients having BMI ≥ 18,5 kg/m2 (9,3%). Among
BMI < 18,5 kg/m2 patients, hazard rate of sputum conversion would be lower if
their weight gain at the end of intensive phase < 1 kg than having weight gain ≥ 1
kg. Multivariat analysis found that BMI < 18,5 kg/m2 reduced the probability of
sputum conversion up to 37,8% (HR 0,622; 95% CI 0,389-0,995) after controlled
by treatment category, weight gain at the end of intensive phase, and initial
sputum. Nutritional status of TB patients during treatment must be increased to
support the successful treatment.