ABSTRAKKebijakan subsidi erat kaitannya dengan harga minyak dikarenakan keputusan
dalam kebijakan subsidi minyak tergantung pada fluktuasi harga minyak dunia.
Penelitian ini mencoba menganalisis hubungan antara guncangan harga minyak
dengan variabel - variabel ekonomi makro termasuk faktor fiskal di Indonesia
tahun 1990 sampai dengan 2013. Penggunaan SVARX, Structural Autoregression
Model dengan penambahan variabel eksogen, menciptakan kemungkinan untuk
menganalisis interaksi dinamis antara variabel – variabel yang diestimasi. Analisis
impulse response menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi, dalam hal ini GDP
riil, merespon positif terhadap guncangan harga minyak dalam jangka pendek.
Pertumbuhan ekonomi merespon secara negatif terhadap guncangan harga minyak
pada kuartal keenam. Selain itu, otoritas fiskal dan moneter merespon guncangan
harga minyak dengan meningkatkan subsidi pemerintah dan tingkat bunga. Dalam
hal ini, respon dari pemerintah dengan melindungi perekonomian Indonesia dari
guncangan harga minyak melalui kebijakan fiskal dan moneter dinilai cukup
efektif. Di sisi lain, belanja pemerintah memberikan respon yang positif terhadap
guncangan subsidi minyak. Sementara itu, tingkat inflasi membutuhkan time lag
untuk merespon guncangan subsidi minyak dan memberikan respon positif setelah
kuartal kedua, GDP riil merespon secara positif terhadap guncangan subsidi
minyak. Hal ini berarti bahwa kebijakan subsidi mempengaruhi pertumbuhan
ekonomi secara positif meskipun harus dibiayai dengan menggunakan belanja
pemerintah yang tinggi.
ABSTRACTThere is a close relationship between oil price and subsidy spending since
decision in subsidy policy depends on the fluctuation of oil prices. This study
explores the relationship between oil price shocks and macroeconomic variables
including fiscal factors in Indonesia during 1990 – 2013. The use of Structural
Vector Autoregression Model with exogenous variables (SVARX) creates the
possibility to capture dynamic interactions between estimated variables. Impulse
response analysis shows that economic growth represented by real GDP responds
positively to oil price shocks in the short run. Negative response of economic
growth to oil price shocks appears after six quarters. Furthermore, fiscal and
monetary authorities respond to oil price shocks by increasing government
subsidy and interest rate. In this case, response from government by protecting
Indonesian economy from oil price shocks through fiscal and monetary policy
could be effective in the short run. On the other hand, government spending
responds positively to oil subsidy shocks. While inflation rate needs time lag in
order to respond oil subsidy shocks and responds positively after second quarter,
real GDP (in percentage change) responds directly and positively to oil subsidy
shocks. It could mean that subsidy policy temporarily affects economic growth
although it should be paid using high government expenditure.