UI - Disertasi Membership :: Kembali

UI - Disertasi Membership :: Kembali

Satu kota dua kuasa studi tentang relasi sosial aktor di tingkat lokal dalam perspektif struktur kultur dan proses di Kota Ternate = two powers in a city study about the social actors relations at the local level in perspective structure culture and process in Ternate City

Herman Usman; Paulus Wirutomo, promotor; Linda Darmajanti, co-promotor; Isbandi Rukminto Adi, examiner; Robert Markus Zaka Lawang, examiner; Dody Prayogo, examiner; Gumilar Rusliwa Somantri, examiner (Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014)

 Abstrak

Studi ini mengkaji keberadaan Kota Ternate. Dikenal sebagai wilayah pada satu sisi memiliki kekuatan adat tradisi melalui struktur Kesultanan Ternate, dan pada sisi lain, menjadi kota modern dengan struktur birokrasi pemerintahan. Tautan dua kekuasaan ini, kadang melahirkan pertentangan dan konfliktual (dualisme), kadang juga hadir hubungan timbal balik (dualitas), saling menguntungkan. Analisis atas kota dengan dua kuasa ini, menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan eksplanasi.
Hasil studi lapangan menjelaskan, struktur kekuasaan tradisional melalui Sultan Ternate memiliki dominasi atas masyarakat adat (balakusu se kano-kano), namun juga memegang kekuasaan secara politik maupun pemerintahan melalui agen (Wakil Walikota Ternate, Arifin Djafar). Sementara pada struktur pemerintahan Kota Ternate, sejak Era Walikota Syamsir Andili mengusung tema kultural melalui visi-misi, yakni “Ternate Menuju Masyarakat Madani” dan Era Walikota Burhan Abdurrrahman, hal yang sama juga dilakukan dengan mengusung visi misi “Bahari Berkesan”. Namun, baik Syamsir Andili maupun Burhan Abdurrahman, sama-sama tidak dapat mengatur keberadaan ruang kota dengan baik. Pasar dan terminal justru menjadi ajang kepentingan ekonomi antar SKPD.
Secara sosiologis, studi ini menyimpulkan bahwa pada kekuasaan tradisional maupun modern, tarikan kepentingan struktural begitu menguat yang memengaruhi dan mendominasi kultural (struktur mendominasi kultur/strukturisasi kultur), melalui tindakan sosial aktor dengan praktik-praktik sosial yang rekursif (berulang-ulang). Sementara peran warga kota melalui prosesual masih belum mampu menegosiasikan dua kekuatan ini. Karena itu, pembangunan sosial perkotaan, harus lebih diarahkan untuk kepentingan publik, dan bukan kepentingan ekonomi politik semata, sehingga integrasi sosial Kota Ternate di masa mendatang dapat tercipta.

This study examine the existence of Ternate City that known as the region on the one hand has the power custom through the structure of the Sultanate of Ternate, and on the other hand, into a modern city with the structure of government bureaucracy. The relation of two powers, sometimes spawned opposition and conflictual (dualism), sometimes also present the mutual relations (duality), mutually beneficial. The analysis of city with the two powers, by using qualitative method and explanation approach.
The result of the field study explain, traditional power structure through the Sultanate of Ternate has dominand over indigenous peoples (balakusu se kanokano), but also hold political power and government by an agent (Deputy Mayor of Ternate, Arifin Djafar), while the governance structure of Ternate, since the era of Mayor Syamsir Andili with his cultural theme or his vision-mission, namely "Ternate Menuju Masyarakat Madani". The era of Mayor Burhan Abdurrrahman, the same things also is done by his vision and mission of "Bahari Berkesan". However, both Syamsir Andili and Burhan Abdurrahman can not set up the town well. The station and market became the economic area interest between the SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah).
Sociologically, this study conclude that between traditional and modern power, there is a pull so strongly in structural interest that influence and dominate the cultural (structure dominated culture/strukturisasi kultur), through social action actor with the social practices recursively (perulangan). The role of the towns people a processual still not able to negotiate this two forces. Therefore, the urban social development, should be directed to the public interest, and not for the economic and political interest, so that the social integration of Ternate City in the future can be created.

 File Digital: 1

Shelf
 D1976-Herman Usman.pdf :: Unduh

LOGIN required

 Metadata

Jenis Koleksi : UI - Disertasi Membership
No. Panggil : D1976
Entri utama-Nama orang :
Entri tambahan-Nama orang :
Entri tambahan-Nama badan :
Penerbitan : Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
Bahasa : ind
Sumber Pengatalogan : LibUI ind rda
Tipe Konten : text
Tipe Media : unmediated ; computer
Tipe Carrier : volume ; online resource
Deskripsi Fisik : xiii, 300 pages : illustration ; 28 cm + appendix
Naskah Ringkas :
Lembaga Pemilik : Universitas Indonesia
Lokasi : Perpustakaan UI, Lantai 3
  • Ketersediaan
  • Ulasan
  • Sampul
No. Panggil No. Barkod Ketersediaan
D1976 07-25-32763961 TERSEDIA
Ulasan:
Tidak ada ulasan pada koleksi ini: 20404533
Cover