[Latar belakang: Peran laktoferin sebagai biomarker dalam penegakan diagnosis penyakit periodontitis masih belum memadai. Tujuan: Menganalisis kadar laktoferin pada penderita periodontitis kronis dan periodontitis agresif. Bahan dan Metoda: Penelitian analitik pada 27 subjek, usia 19-76 tahun, penderita periodontitis kronis dan periodontitis agresif dilakukan pemeriksaan indeks OHIS. Sampel laktoferin diambil dari saliva dan dideteksi kadarnya dengan uji ELISA. Hasil: Rata-rata jumlah kadar laktoferin saliva periodontal sehat sebagai kontrol, periodontitis kronis dan periodontitis agresif adalah 17,93 +/- 11,72 ng/ml, 40,80 +/- 4,52 ng/ml dan 71,29 +/- 15,58 ng/ml. Terdapat perbedaan bermakna kadar laktoferin ini terbukti pada penghitungan langsung maupun secara statistik (p=0,000). Kesimpulan: Kadar laktoferin saliva pada periodontitis kronis lebih rendah dari periodontitis agresif. Laktoferin dapat dijadikan salah satu indikator dalam penegakan diagnosis penyakit periodontal., Background: The play role of lactoferrin as biomarker in diagnostic of chronic periodontitis still has controversies. Purpose: To analyze lactoferrin in chronic and aggressive periodontitis patient. Material and method: OHIS index of 27 subject, 19-76 years old, chronic and aggressive patients were measured. Lactoferrin sample collected from salivary and detected using ELISA method. Result: The mean of salivary lactoferrin levels in healthy patients, chronic and aggressive periodontitis are 17,93 +/- 11,72 ng/ml, 40,80 +/- 4,52 ng/ml and 71,29 +/- 15,58 ng/ml (p=0,000). Significant differences of salivary lactoferrin have been proved by direct quantification and statistical analysis. Conclusion: The salivary lactoferrin level in chronic periodontitis is lower than aggressive periodontitis. Lactoferrin could become as one of indicators in periodontal disease diagnostic.]