Rahim sering dipahami sebagai organ yang melekat pada tubuh biologis perempuan, sebuah kantung peranakan tempat tumbuh kembangnya janin. Namun, rahim juga bisa dimaknai secara metaforik sebagai mula dari apapun yang ingin dihidupkan dan dibesarkan dengan kasih dan ketulusan. Rahim menyimpan ikrar penciptaan dan merekam proses pengibuan. Tulisan ini merupakan pembacaan reflektif atas pameran tunggal seorang pelukis feminis, Dewi Candraningrum, yang berjudul 'Dokumen Rahim'. Dewi menggunakan karya seni visualnya sebagai narasi feminis, yang mempresentasikan multiplisitas wajah rahim dengan mengaktifkan konvensi estetik yang berbeda dari the canon. Lewat gugus-gugus lukisan dan sketsanya, Dewi menyuarakan beragam wajah rahim yang selama ini terpinggir dalam wacana dominan yang hegemonik. Seni rupa, bagi sang pelukis, tetapi sebagai seni yang politis, yang menunjukkan keberpihakan dan mewacanakan emansipasi bagi yang dianggap liyan.