Sebagai salah satu cabang dari ilmu-ilmu Islam, tasawuf berakar kuat dalam Al-Qur'an. Hadis dan tradisi islam. Ia menekankan dimensi esoteris agama, untuk mengimbangi ilmu hukum (fiqh) yang berorientasi pada dimensi eksoteris agama sehingga timbul keberagaman yang sangat formalistik. Ikhwal shalat, misalnya tasawuf berusaha untuk menangkap ruh ibadah yang dikatakan al-Qurani berpotensi menyeret pelakunya ke neraka. Melalui Ihya Ulum al-din Imam Al Ghazali memberikan ruh pada ritual peribadatan Islam. Terjadinya kontroversi tasawuf terkait soal kebersatuan 'abid dan ma'bud yang diistilahkan sebagai al-ittihad, al-hulul dan wahdat al-wujud. Ajaran terpenting tasawuf adalah membangun akhlaq mulia, mempunyai sifat-sifat terpuji sebagaimana sifat-sifat Allah, dengan melakukan amal-amal ibadah seperti digariskan syariat yang dibawa Rasulullah. Meskipun secara formal tidak bertasawuf, tetapi pada substansinya para sesepuh Muhammadiyah misalnya Buya ZAS, Buya Zul, Pak AR dan Amin Rais adalah para pelaku tasawuf akhlaqi.