Tulisan ini mengkaji kinerja termal bangunan tradisional Sao Ria di desa Ngalupolo dan Nggela, Nusa Tenggara Timur. Analisis dilakukan dengan membandingkan perbedaan suhu yang terjadi sebagai indicator kenyamanan ruang dalam. Hasilnya dikomparasi dengan pengukuran respon thermal penghuni terhadap kondisi ruang yang terjadi. Ditemukan bahwa meskipun kondisi kelembapan >80% dengan kecepatan angina 0,1-1 m, namun kinerja kedua Sao Ria menunjukkan bahwa suhu ruang dalam mampu lebih hangat pada musim hujan dan juga sebaliknya. Hal ini menunjukkan termal statis sebanding dengan respon termal. Temuan ini dapat menjadi dasar pembelajaran dalam hal pengembangan desain bangunan masa kini dengan mengadopsi sistem kinerja bangunan Sao Ria tersebut.