Terapi antibiotika empirik telah mengurangi angka kematian secara dramatis dalam penanganan febrile neutropenia, dan inisiasi yang cepat dari terapi antibiotika spektrum luas pada onset demam telah menjadi standar baku. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran penggunaan antibiotika empirik terhadap pasien keganasan darah yang mengalami febrile neutropenia setelah menerima kemoterapi agresif yang meliputi pola penggunaan antibiotika empirik, kesesuaian dengan pola kuman di ruangan, kesesuaian dengan pedoman yang berlaku, tingkat kesembuhan infeksi, serta faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kesembuhan infeksi. Penelitian dilakukan dengan rancangan studi observasional menggunakan desain cross sectional (potong lintang). Pengambilan data dilakukan secara retrospektif terhadap data sekunder yang berupa data rekam medis pasien yang mengalami febrile neutropenia pada populasi terbatas di Ruang Isolasi Imunitas Menurun RS Kanker Dharmais selama periode Agustus 2009-April 2011. Pengolahan data dilakukan secara deskriptif analitik. Selama penelitian terdapat 32 episode febrile neutropenia yang memenuhi kriteria inklusi penelitian. Antibiotika empirik yang banyak digunakan adalah golongan β-laktam dengan penggunaan terbanyak adalah sulferazon dan meropenem, masing-masing sebesar 15,6%, diikuti dengan ceftazidime (12,5%), cefotaxime (12,5%), cefpirom (6,2%) dan tazobactam-peperacillin (6,2%). Sebanyak 27 pasien (84.4%) mendapatkan terapi antibiotika empirik sesuai dengan pedoman yang berlaku dan hanya 15 pasien (46.9%) mendapatkan antibiotika empirik sesuai dengan pola resistensi antimikroba. Faktor-faktor yang berpengaruh signifikan terhadap tingkat kesembuhan infeksi adalah durasi febrile neutropenia (p=0.008), jenis kelamin (p=0.022) dan tingkat resiko neutropenia (p=0.013). Tingkat keberhasilan terapi empirik pada penelitian ini adalah cukup tinggi (68.8%). Penggunaan antibiotika monoterapi meropenem pada penelitian ini memberikan respon klinis dan mikrobiologis yang baik terhadap tingkat kesembuhan infeksi.
Empirical antibiotic therapy has reduced death rates dramatically in the treatment of febrile neutropenia, and early initiation of broad-spectrum antibiotic therapy at the onset of fever has become the gold standard. This study aims to provide an overview of empirical antibiotics use in patients with blood malignancies who experienced febrile neutropenia after receiving aggressive chemotherapy which includes aspects of empirical antibiotic usage patterns, compliance with the microbiological patterns locally, compliance with current guidelines, clinical outcomes of infection, as well as the factors that affect the clinical outcomes of infection. This study was conducted with the design of an observational study using crosssectional design. Data is collected in a retrospective review of secondary data in the form of medical records of patients who experienced febrile neutropenia in limited populations in the Declines Immunity Isolation Room Dharmais Cancer Hospital during the period August 2009-April 2011. Data processing is done in a descriptive analytic. During this study there were 32 episodes of febrile neutropenia which fulfilled the study inclusion criteria. Empirical antibiotics are widely used β-lactam group with the highest usage is sulferazon and meropenem, respectively of 15.6%, followed by ceftazidime (12.5%), cefotaxime (12.5%), cefpirom (6.2%) and the tazobactam-peperacillin (6.2 %). A total of 27 patients (84.4%) received empirical antibiotic therapy in accordance with current guidelines and only 15 patients (46.9%) received empiric antibiotics according to antimicrobial resistance patterns. The duration of febrile neutropenia (p = 0.008), sex (p = 0.022) and the risk level of neutropenia (p = 0.013) are the significant factors that influence the clinical outcome of infection. The success rate of empirical therapy in this study was as high as 68.8%. Monotherapy antibiotics with meropenem in this study provide a good clinical and microbiological response both to the clinical outcomes of infection.