Tesis ini membahas tentang penilaian signifikansi bangunan Candra Naya terkait potensi untuk pemanfaatannya. Tujuan penelitian ini adalah untuk menggali nilai penting apa saja yang dimiliki bangunan Candra Naya. Kepastian pendirian bangunan Candra Naya memiliki dua kemungkinan yakni apakah tahun 1807 ataukah 1867. Kedua tahun itu terkait dengan dua orang keluarga Khouw yakni Khouw Tian Sek dan Khouw Tjeng Tjoan. Pandangan yang mendasarkan pada tahun 1807 adalah bahwa bangunan Candra Naya tersebut didirikan oleh Khouw Tian Sek dalam rangka menyambut kelahiran putranya yakni Khouw Tjeng Tjoan yang lahir di tahun 1808. Namun pendapat yang menyatakan bahwa bangunan Candra Naya didirikan pada tahun 1867, maka pendirinya adalah Khouw Tjeng Tjoan yang lahir pada ta hun 1808 dan meninggal di akhir abad ke -19. Putra Khouw Tjeng Tjoan lahir di tahun 1879 bernama Khouw Kim An. Pribadi Khouw Kim An inilah yang kemudian menjadikan bangunan Candra Naya kemudian dianggap memiliki signifikansi. Pada saat dewasa Khouw Kim An selain menjadi seorang bankir, dia juga merupakan seorang tokoh masyarakat Cina di Batavia. Dia merupakan salah seorang pendiri Tiong Hoa Hwee Kwan pada tahun 1900, Presiden Kong Kwan (Dewan Cina), anggota Volksraad, pengurus organisasai Chung Hwa Hui, dan juga menjadi pejabat di dalam Chineesch Bestuur dengan pangkat mayor. Khouw Kim An merupakan mayor Cina yang terakhir pada masa Hindia Belanda.
Bangunan Candra Naya pada mulanya adalah tempat tinggal keluarga Khouw. Namun pada saat pascakemerdekaan Indonesia, rumah keluarga Khouw itu disewa oleh perkumpulan Sin Ming Hui (Perkumpulan Sinar Baru) yang bertujuan memberikan bantuan dan penerangan bagi masyarakat yang membutuhkan akibat perang serta memiliki misi sosial dalam mendampingi masyarakat Cina di Jakarta. Pada era 1960-an, perkumpulan Sin Ming Hui berganti nama menjadi Perhimpunan Sosial Tjandra Naja. Seiring pengesahan ejaan yang disempurnakan di era 1970 -an, maka perhimpunan tersebut namanya menjadi Perhimpunan Sosial Candra Naya.
Di tahun 1994, sebuah perusahaan swasta membeli bangunan Candra Naya dari ahli waris keluarga Khouw, sehingga Perhimpunan Candra Naya memindahkan lokasi aktivitas organisasnya. Rumah keluarga Khouw yang tetap dikenal sebagai bangunan Candra Naya terletak tepat di depan di Jalan Gajah Mada nomor 188, Jakarta. Bangunan Candra Naya sekarang hanya tersisa bangunan utama atau intinya saja. Beberapa bangunan yang berada di dalam komplek halaman rumah keluarga Khouw telah dibongkar. Pembongkaran tersebut sempat mendapatkan p enolakan dari berbagai kalangan, namun faktanya pembongkaran beberapa bangunan Candra Naya tetap dilakukan.
Berdasarkan Surat Keputusan Pjs. Gubernur DKI tahun 1972 yang pada saat itu masih mengacu ke peraturan masa Hindia Belanda yakni Monumenten Ordonnantie 1931, kemudian Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tahun 1988, Undang-Undang tentang Benda Cagar Budaya tahun 1992 termasuk Surat Keputusan Gubernur DKI Jakarta tahun 1993 yang isinya menetapkan tentang bangunan bersejarah yang banguna n Candra Naya termasuk di dalam daftarnya, maka bangunan Candra Naya dianggap memiliki signifikansi yang tinggi.
Bangunan Candra Naya merupakan peninggalan kebudayaan material yang bersifat tangible dan juga intangible dari sudut nilai filosofis masyarakat Cina di Batavia. Signifikansi bangunan Candra Naya dapat dilihat dari beberapa penilaian yakni nilai estetika, sejarah, ilmu pengetahuan, dan sosial. Sedangkan pemenfaatannya dapat diarahkan untuk kepentingan ideologik, ekonomik, dan akademik. Pelestarian terhadap sisa bangunan Candra Naya dapat memberikan pemahaman akan perkembangan sejarah , jatidiri, dan budaya masyarakat Cina di Jakarta tempo dulu. Selain juga merupakan sebuah upaya pelestarian sumber daya budaya di kawasan Jakarta.
This thesis is discussing on significance assessment of Candra Naya building which related to its potential utilization and preservation. So, the research's objective is to explore all the valuable features which Candra Naya building has. There are two perspectives of Candra Naya building establishment, in 1807 and 1867. Both of them are interrelated with two people of Khouw Families, Khouw Tian Sek and Khouw Tjeng Tjoan.First perspective thought that in 1807, Khouw Tian Sek built Candra Naya building to make the acquaintance of his son?s labor, Khouw Tjeng Tjoan, who was born in 1808. Another perspective thought that Candra Naya building was built in 1867 by Khouw Tjeng Tjoan. His son, Khouw Kim An (born in 1879) had made Candra Naya building with significance valuable features . Khouw Kim An was a banker and an important Chinese personage in Batavia as well. During his life, Khouw Kim An had employed many significant roles in Chinese society, for instance, he was a co-founder of Tiong Hoa Hwee Kwan in 1900, a President of Kong Kwan (Chinese Council), a member of Volksraad, an executive board of Chung Hwa Hui organization and a Major in Chineesch Bestuur. He was the only remaining Chinese Major in the Netherlands Indies.In the beginning, Candra Naya building was a residence of Khouw Families. However, it was rent by Sin Ming Hui association after the Indonesian Declaration of Independence. This organization's (Sin Ming Hui association) aim was to grant in aid for people who really need help after the war. It also had a social mission for Chinese society in Jakarta. In 1960s, Sin Ming Hui association changed its name to "Perhimpunan Sosial Tjandra Naja". After that, the name changed again to ?Perhimpunan Sosial Candra Naya? due to Indonesian fine-tuned spelling terminology in 1970s.In 1994, a private company bought Candra Baya buil ding from Khouw?s legal heir family. Hence, Perhimpunan Candra Naya (Candra Naya Asssociation) moved the entirely activities to the new location. Khouw Family residence, known as Candra Naya building is located at Jalan Gajah Mada number 188, Jakarta. Now, it is only remained the main building. Many parts of its building had demolished even though there were many protests occurred from the historical and cultural heritage activist community.Candra Naya building has been proclaimed as a historical building. It b ased on the Governor of Jakarta?s regulation in 1972 which is referred to the Netherlands Indies decree, Monumenten Ordonnantie 1931 as well as Minister of Education and Cultural?s regulation in 1988, Material of Cultural Heritage?s Law in 1992, included the decree of Jakarta Governor in 1993 which decreed that Candra Naya as a historical building. Thus candra Naya building has highly valuable significance.Candra Naya building as a tangible and intangible material culture heritage based on Chinese philosophy values in Batavia. The significance of Candra Naya building can be assess through aesthetic value, historical value, social value and science value while its utilization can be directed as ideologic, economic and academic.The remained building of Candra Naya preservation can contribute in Chinese history, identity, and cultural understanding and development in Jakarta. It also addressed as a cultural preservation in Jakarta.