Penggunaan antibiotik intravena dengan durasi berkepanjangan dapat meningkatkan lama dan biaya rawat inap. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pengaruh switching antibiotik intravena ke oral terhadap lama dan biaya rawat inap pasien di RSUD Kota Depok. Rancangan penelitian yang digunakan adalah kohort prospektif. Kriteria inklusi adalah pasien rawat inap RSUD Kota Depok yang mendapatkan antibiotik intravena saat awal perawatan pada bulan Oktober 2014 sampai Mei 2015. Sampel penelitian terdiri dari 39 pasien switching sebagai kelompok terpapar dan 39 pasien tidak switching sebagai kelompok tidak terpapar. Alat pengumpul data menggunakan catatan medik pasien dan data keuangan dari Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) RSUD Kota Depok. Analisis data menggunakan uji Mann-Whitney dan uji Chi-Square atau uji Fisher.
Hasil menunjukkan antibiotik yang paling sering digunakan untuk switching adalah seftriakson intravena (83,3%) dan sefiksim oral (94,8%). Terdapat 5 pola switching, sebagian besar dari seftriakson intravena ke sefiksim oral dan dilakukan pada pasien gastroenteritis akut. Seluruh antibiotik yang digunakan sesuai dengan Formularium Nasional, dan ada satu antibiotik (metronidazol 5 mg/ml) yang tidak sesuai dengan Formularium RSUD Kota Depok tahun 2013-2014. Switching antibiotik tidak berpengaruh terhadap lama dan biaya rawat inap pasien di RSUD Kota Depok, tetapi komorbiditas berpengaruh bermakna. Switching antibiotik berpengaruh terhadap lama penggunaan antibiotik intravena dan biaya antibiotik.
The prolonged use of intravenous antibiotics might cause the increasing of length of stay and cost. The research objective was to evaluate the effect of switching antibiotics to the length of stay and cost of inpatients in RSUD Kota Depok. The design used was prospective cohort. Inclusion criteria were inpatients who had got intravenous antibiotics when treated on early October 2014 until May 2015. The sample consist of 39 patients switching as an exposed group and 39 patients who are not switching as an unexposed group. The data was collected using the patient medical records and the financial data from Hospital Information System (SIRS) RSUD Kota Depok. Mann-Whitney test and Chi-Square or Fisher's exact test has been applied to analyze the data.
The results obtained that the most commonly used antibiotics for switching were intravenous ceftriaxone (83,3%) and oral cefixime (94,8%). From the 5 switching patterns, the most widely performed was from intravenous ceftriaxone into oral cefixime applied on acute gastroenteritic patients. All of antibiotics used were in accordance with Formularium Nasional. Only metronidazol 5 mg/ml was not following Formularium RSUD Kota Depok 2013-2014. Switching antibiotics was not influenced the length of stay and cost, however, comorbidities was influenced. Switching antibiotics was influenced duration of intravenous antibiotics and cost of antibiotics.