Diabetes melitus (DM) dan tuberkulosis (TB) merupakan double burden disease yang prevalensinya cukup tinggi di Indonesia. Tingginya prevalensi TB dan DM tidak lepas dari peran tenaga kesehatan dalam mendiagnosis dan mendokumentasikan pasien yang berobat ke fasilitas pelayanan kesehatan. Penelitian berdesain cross-sectional ini melihat perbedaan persentase penemuan kasus DM pada pasien TB yang berobat ke dokter dan tenaga kesehatan nondokter. Dengan metode consecutive sampling, didapatkan 242 pasien TB yang terdaftar di 12 Puskesmas dan 2 klinik di Jakarta yang diminta kesediaannya melakukan pengisian kuesioner dan pemeriksaan GDP/TTGO.
Hasil penelitian menunjukkan kejadian DM lebih tinggi pada pasien TB dibandingkan dengan populasi umum (27,5%, n=236). Persentase penemuan kasus DM pada pasien TB yang berobat ke dokter lebih tinggi dibandingkan yang berobat ke tenaga kesehatan nondokter namun tidak berbeda bermakna (28% vs 19%, p=0,361). Pembandingan persentase penemuan kasus juga dilakukan menurut gejala DM: polifagi, polidipsi, poliuri, berat badan turun, lemah badan, kesemutan, dan penglihatan memburam. Dari seluruh gejala, persentase penemuan kasus DM pasien yang berobat ke dokter masih lebih tinggi dibandingkan yang berobat ke tenaga kesehatan nondokter. Berdasarkan hasil penelitian, diharapkan tenaga kesehatan meningkatkan kewaspadaan mengenai gejala DM yang mungkin ada pada pasien TB sebagai bentuk deteksi dini guna mengantisipasi akibat yang tidak diinginkan.
Diabetes mellitus (DM) and tuberculosis (TB) are double burden diseases whose prevalence is still high in Indonesia. The high prevalence of both diseases cannot be separated from the role of health professionals in recording the diagnosis of TB patient who went to health care facilities. This cross-sectional study is conducted to see the difference between casefinding of DM among TB patients who went to doctors and other health professionals. Using consecutive-sampling-method, obtained 242 TB patients who were registered in twelve PHCs and two clinics in Jakarta. Data were collected by filling the questionnaire and FBG/OGT test.
The result showed that the percentage of DM is higher in TB patients compared with the general population (27,5%, n=236). The percentage of DM case-finding in TB patient who went to the doctor was higher than those who went to other health professionals (28% vs 19%, p=0,361). Benchmarking percentage of case-finding was also done by comparing through DM manifestations include: poliphagia, polydipsia, polyuria, weight loss, weakness, numbness, and blurred vision. From all of the manifestations, the percentage of case-finding was higher in patients who went to the doctor, but it?s not statistically significant. According to the result, health professionals are expected to increase awareness about DM manifestations that may be presented in TB patients in order to detect cases earlier and anticipate the unwanted impacts.