[Pendahuluan: Trauma akibat benda tumpul pada kepala adalah salah satu trauma
yang dapat bersifat fatal, berkaitan dengan organ intrakranial yang bersifat vital
bagi kehidupan. Namun, luka kekerasan tumpul pada kepala tidak seluruhnya dapat
menyebabkan kerusakan organ intrakranial, berkaitan dengan berbagai faktor yang
menyebabkan luka, antara lain lokasi, besar gaya, arah gaya. Pada penelitian ini
akan dilihat hubungan antara luka kekerasan tumpul dengan adanya kerusakan otak.
Penelitian epidemiologi forensik ini digunakan untuk menunjang opini ahli dokter
forensik pada temuan luka akibat kekerasan tumpul di kepala dengan kerusakan
organ intrakranial. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian cross-sectional
dengan data sekunder yang berasal dari visum et repertum pasien di Departemen
Forensik dan Medikolegal FKUI-RSCM. Hasil: Sebanyak 1% hubungan antara
memar pada kepala memiliki hubungan yang bermakna dengan kerusakan otak, 1%
hubungan antara ekskoriasi pada kepala memiliki hubungan yang bermakna dengan
kerusakan otak, sebanyak 82% hubungan antara laserasi pada kepala memiliki
hubungan yang bermakna dengan kerusakan otak, dan sebanyak 95,3% hubungan
antara fraktur pada kepala memiliki hubungan yang bermakna dengan kerusakan
otak. Diskusi: Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat variasi hubungan
antara luka kekerasan tumpul dengan adanya kerusakan otak berdasarkan jenis serta
lokasi luka luar dan lokasi kerusakan intrakranialnya. Variasi hasil ini terjadi karena
luka kekerasan tumpul, yaitu memar, ekskoriasi, laserasi, dan fraktur, masingmasing
memiliki mekanisme yang berbeda, dan timbul akibat besar gaya yang
berbeda. Memar dan ekskoriasi, luka kekerasan tumpul yang disebabkan oleh gaya
yang kecil dan menyebabkan diskontinuitas jaringan luar hanya sedikit hanya
memiliki sedikit hubungan dengan kerusakan otak. Laserasi dan fraktur memiliki
banyak hubungan dengan kerusakan otak oleh karena gaya penyebab luka
kekerasan tumpul tersebut bersifat lebih besar, Introduction: Blunt head trauma had a high fatality rate, as the head protects
intracranial organs that are vital to the continuity of life. However, not all blunt
head trauma cause the same damage to intracranial organs, due to the various
factors such as location, the strength of the force, and the direction from which the
striking force came. This forensic epidemiological study is designed to support
expert opinions in forensic practice regarding the findings of blunt head trauma and
intracranial organ damage. In this study, the correlation between blunt head trauma
and traumatic brain injury were analyzed. Methods: This study is a cross-sectional
study with secondary data from patients’ visum et repertum in the Forensic and
Medicolegal Department of Cipto Mangunkusumo General Hospital. Results:
Results show that 1% of the correlations between bruise findings on the head had
significant association with traumatic brain injury, 1% of the correlations between
excoriation findings on the head had significant association with traumatic brain
injury, 82% of the correlations between laceration findings on the head had
significant association with traumatic brain injury, and 95,3% of the correlations
between fracture findings on the skull had significant association with traumatic
brain injury. Discussion: This study showed that the relationship between blunt
head injury with traumatic brain injury varied based on the location and type of the
external injury and the location of the intracranial organ. This variation in results
happened as external blunt head trauma such as bruise, excoriation, laceration, and
fracture each had different mechanisms, and were caused by various force intensity.
Bruising and excoriation, which were usually caused by smaller force and only
caused little damage externally, were found to have little correlation with traumatic
brain injury findings. On the other hand, laceration and fracture were found to have
more correlation with traumatic brain injury findings, since both traumas were
usually caused by a greater force.]