Penelitian ini menjelaskan strategi humas pemerintahan Badan Nasional Pengelola Perbatasan (BNPP) dalam mengatur emosi yang harus ditunjukkan kepada stakeholder. Tuntutan dalam pekerjaan mengharuskan humas untuk menampilkan emosi yang berlawanan dengan apa yang dirasakan oleh seorang humas. Faktor-faktor pengaturan emosi juga digambarkan, seperti emotional intelligence, budaya kerja dan sebagainya. Hasil wawancara mendalam dan observasi menunjukkan bahwa pihak humas BNPP belum menempati posisi strategis dan belum diberikan wewenang kehumasan yang sebenarnya. Hal tersebut menyebabkan belum terjadinya praktik kehumasan dan emotional labor. Ini menjadi temuan penting untuk menggambarkan kondisi humas pemerintah yang belum tercipta secara ideal. Hubungan antara BNPP dengan media dan Kementerian lain juga masih belum terjalin.

---

This study describes the government public relations strategy of Badan Nasional Pengelola Perbatasan (BNPP) in regulating emotion that must be shown to stakeholders. The demands of the job requires public relations to show emotion as opposed to what is felt by a PR. Emotional adjustment factors are also described, such as emotional intelligence, work culture and so on. The results of in-depth interviews and observations indicate that the PR of BNPP yet strategically positioned and has not given actual authority public relations. This causes yet the practice of public relations and emotional labor. This becomes important findings to describe the condition of government public relations that has not been created as an ideal. The relationship between with media and the Ministry of of BNPP others also still not established.