Tesis ini membahas peranan Tentara Pelajar Kompi 2 Detasemen III Brigade 17 di Yogyakarta pada tahun 1948 - 1951. Tujuannya adalah menggambarkan suatu rekonstruksi historis tentang bagaimana dinamika pelajar pejuang atau dikenal dengan nama Tentara Pelajar pada masa revolusi Indonesia. Pokok utama pembahasan dalam penelitian ini adalah berkaitan dengan pembentukan, perkembangan dan pembubaran Tentara Pelajar, khususnya pasukan Kompi 2 Detasemen III Brigade 17.
Penelitian ini menunjukan bahwa gerakan revolusi tidak hanya identik dengan tokoh-tokoh pemuda yang berlatar pendidikan tinggi dan dekat dengan birokrat Republik, tetapi juga menjalar ke para pelajar SMP hingga SMA. Para pelajar SMA yang tergabung dalam Tentara Pelajar Kompi 2 Detasemen III Brigade 17 dengan berani melawan pasukan Belanda yang dikenal menggunakan persenjataan yang lebih modern. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa Tentara Pelajar Kompi 2 Detasemen III Brigade 17 turut berperan penting dalam melakukan perlawanan terhadap Belanda pada agresi militer Belanda kedua.
This thesis observes the role of Company 2 Detachment III of Students Army Brigade 17 in Yogyakarta during 1948-1951 period. The aim is to describe historical reconstruction of how the dynamics of Students Army during Indonesian revolution. The main point of historical reconstruction here are the formation, development and dissolution of the Students Army, especially Company 2 Detachment III of Students Army Brigade 17.
This study shows that the revolution is not only related with youth leaders who have high education and have close relationship to the bureaucrats of the Republic of Indonesia, but also spread to the Junior High School students to Senior High School students. The members of Company 2 Detachment III of Students Army Brigade 17 bravely countered the Dutch soldiers who were known to use more modern weaponry. Thus, it can be concluded that Detachment III of Students Army Brigade 17 Company 2 played an important role in the counter attack against Dutch soldiers during the second Dutch military aggression.