Pemetaan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD): Studi Kasus di Kabupaten Karawang, Jawa Barat, Indonesia. Upaya pencegahan DBD terus dilaksanakan oleh dinas kesehatan lokal, meskipun masih didapati sejumlah kendala teknis seperti sistem surveilans yang masih lemah. Keadaan ini harus diperbaiki karena sistem surveilans telah menjadi bagian penting di dalam proses pembuatan keputusan tentang penanggulangan DBD dengan menggunakan informasi berbasis bukti. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi tentang pemetaan endemis penyakit dengue menggunakan sistem informasi geografis (GIS) untuk mengoptimalkan sistem surveilans di tingkat kabupaten. Sebagian besar kasus menunjukkan bahwa DBD menyerang penduduk usia produktif yang tinggal di kawasan perkotaan dengan tingkat perkembangbiakan jentik yang tinggi. Arah pergerakan penyakit adalah difusi lokal. Kabupaten Karawang adalah kawasan dataran rendah yang rawan banjir. Musim hujan dimulai pada akhir Oktober dan berakhir pada awal Mei, tetapi peningkatan kasus DBD terjadi pada pergantian dari musim hujan ke musim panas. Ini membuktikan bahwa kelembapan di Kabupaten Karawang mendukung perkembangbiakan nyamuk penular DBD. Pengasapan hanya membunuh nyamuk dewasa, dan program pencegahan dengue memerlukan peran serta masyarakat dan harus mengutamakan wilayah publik seperti sekolah dan kantor, mengingat banyaknya kasus dengue pada penduduk usia produktif. GIS mampu menghasilkan peta faktor risiko dan peta persebaran kasus yang dapat digunakan di dalam proses perencanaan dan evaluasi program pemberantasan dengue berbasis wilayah. GIS sangat berguna untuk surveilans penyakit berbasis lingkungan, intervensi kesehatan, dan strategi pencegahan penyakit.
The DHF prevention efforts have been continually conducted by the local health office, but some technical obstacles such as surveillance system is still very weak, and this is known as an important part in decision making process to handle the problem using evidence based information. The research objective is to obtain information on dengue endemic mapping through GIS (Geographic Information Systems) to strengthen district surveillance system in district level. Most DHF cases occur in the productive age and located in urban areas with the larva-free rate is low. The direction of movement of the case are local diffusion. Karawang district is a low-lying areas prone to flooding. The rainy season occurs in late October to early May, but the rise of dengue cases at the turn of the rainy season to dry season, this indicates that the humidity in Karawang district supports the mosquito vector breeding. Foging will only kill adult mosquitoes, dengue control programs need to involve community participation and emphasized on public areas like schools and offices because a lot of dengue cases occurred in the productive age. GIS is capable of producing a map factors of risk and map of the case to allow for planning and evaluation of area-based dengue eradication program. GIS is useful in surveillance environmentally based disease, health interventions, and disease prevention strategies.