Jika tanda keaslian suatu agama yaitu pembelaannya pada manusia, jelas bahwa Islam adalah agama kemanusiaan. Apa yang menjadi keinginan manusia dalam hidupnya di sini dan di sana kelak, juga menjadi perhatian agama ini. Ia diyakini dapat membimbing pemeluknya tetap pada martabat kemanusiaan yang luhur. Maka beriman kepada Allah tanpa sikap positif pada manusia belum-lah iman dalam arti yang sebenarnya. Kaum sufi amat menghargai nilai-nilai kemanusiaan, karena al Qur'an menjadikan istilah rahmah sebagai tema sentral, dan karena menekankan sisi terdalam agama membuat mereka menemukan keagungan Rahmah-Nya. Dalam al Mu'jam....dikatakan, rahmah dan derivasi kata-kata yang seakar dengannya seperti rahman, rahim, yarhamun, turhamun, arham al rahimin, dll. disebut al Qur'an hingga 341 kali. Dalam Fath al Rahman dikatakan, kata rahmah dengan segala derivasinya diulang al Qur'an sebanyak 329 kali. Dalam karya-karya Ibn 'Arabi, terutama Futuhat dan Fusus, banyak sekali dijumpai ungkapan, "rahmat Tuhan terlebih dahulu dibandingkan murka-Nya." Dengan doktrin wahdat al-adyan, al-Hallaj bin Ibn 'Arabi menegaskan pentinganya memahami persamaan dan kesatuan (segi esoterik atau transenden) agama-agama, hingga secara sosiologis akan timbul kehidupan keagamaan yang harmonis dan penuh toleransi, yang dapat menjadi modal untuk melakukan kerja-kerja kemanusiaan. Bagi kaum sufi, arti ketuhanan harus sejajar dengan peri-kemanusiaan yang dalam Al-Quran selalu beriman dan beramal saleh. Maka strategi dakwah yang relevan sepanjang masa adalah dakwah yang lembut, humanis dan penuh kearifan. Itulah strategi dakwah Nabi yang membuat kaum paganis Arab rela memeluk Islam. Di masa kejayaan tasawuf Islam, banyak non-Muslim yang tersentuh oleh ajaran-ajaran humanis-universal kaum sufi kemudian memeluk Islam secara sukarela dan senang.