ABSTRAKSkripsi ini membahas isu-isu dilematik dalam pemberitaan surat kabar Sin Po, salah satu surat kabar milik Tionghoa peranakan yang berorientasi nasionalisme Tiongkok. Skripsi ini mengambil periodisasi tahun 1917 ? 1942. Tahun 1917 adalah tahun ketika pertama kali Sin Po memainkan peran dalam bidang politik dengan menyelenggarakan Konferensi Semarang untuk membahas masalah keikutsertaan orang Tionghoa di Hinda Belanda dalam Volksraad. Sedangkan tahun 1942 merupakan tahun runtuhnya pemerintahan kolonial Belanda di Indonesia dan digantikan oleh pemerintahan Jepang yang kemudian menutup semua surat kabar Tionghoa peranakan, termasuk surat kabar Sin Po. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa surat kabar Sin Po memiliki sikap mendua dalam menyikapi pergerakan kebangsaan di Indonesia. Di satu sisi, surat kabar Sin Po berorientasi nasionalisme Tiongkok, namun di sisi lain Sin Po turut mendukung dan menyokong kemerdekaan Indonesia melalui gagasan-gagasan dalam pemberitaannya. Menurut Sin Po, bangsa Indonesia memiliki nasib yang sama dengan negeri leluhur mereka yakni Tiongkok. Kedua bangsa tersebut merupakan bangsa yang pernah mengalami penjajahan bangsa asing. Selain itu, nasionalisme Tiongkok memiliki hubungan dengan nasionalisme Indonesia karena keduanya merupakan bagian dari nasionalisme Asia ajaran Sun Yat Sen yang menganggap kolonialisme dan imperialisme sebagai musuh bersama, maka wajarlah jika surat kabar Sin Po bersimpati terhadap pergerakan nasional Indonesia. Penelitian ini juga memperlihatkan adanya tiga orientasi dalam suratkabar-suratkabar Tionghoa peranakan dalam menyikapi pergerakan-pergerakan kebangsaan di Indonesia.
ABSTRACTThis thesis discusses dilematic issues on one of newspaper that oriented to Peranakan Chinese nationalism, Sin Po. This thesis took periodization from 1917 to 1942. 1917 is the year when Sin Po for the first time played role in politics by organizing Semarang Conference which aimed to discuss the participation of the Indonesian Chinese on Volksraad. While 1942 is the year of the collapse of the Dutch colonial rule in Indonesia and was replaced by the Japanese government which banned all the Peranakan Chinese?s newspaper, including Sin Po. The results of this study indicate that Sin Po had an ambiguous attitude in dealing with Indonesian nationalist movement. On the one hand, Sin Po was oriented to Chinese nationalism, but on the other hand Sin Po also supported the independence of Indonesia through the news on it. According to Sin Po, Indonesia had the same fate with their ancestral land, China. Both nation was a nation that had experiences on being a colony of other nations. In addition, Chinese nationalism was similar to Indonesia?s which both of them inspired by the nationalism by Sun Yat Sen who considered colonialism and imperialism as enemies, so it was clear why Sin Po gave sympathy to Indonesian national movement. The study also shows there are three kinds of orientation of Peranakan?s newspaper in addressing national movement in Indonesia.