Batuk merupakan tindakan perlindungan dan pertahanan terhadap infeksi mukosa, zat berbahaya, infeksi pada laring, trakea dan bronkus. Penggunaan obat di fasilitas kesehatan harus sesuai dengan acuan yang berlaku secara nasional yaitu Formularium Nasional. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi penggunaan obat batuk pada pasien ISPA di Puskesmas Kota Depok pada tahun 2015. Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif analitik dengan pengambilan data secara retrospektif dari resep pasien, Sistem Informasi Manajemen Puskesmas (SIMPUS), dan Sistem Informasi Pengelolaan Obat (SIPO). Sampel adalah resep pasien ISPA periode Januari hingga Desember 2015. Analisis dilakukan pada resep yang memenuhi kriteria inklusi secara kuantitatif dan kualitatif. Analisis secara kuantitatif dinyatakan dalam DDD dan DDD/1000 pasien/hari. Analisis kualitatif dinyatakan dalam segmen DU90%. Berdasarkan hasil analisis menggunakan Microsoft Excel, urutan puskesmas dengan kuantitas penggunaan obat yang dinyatakan dalam DDD dari yang terbesar adalah Puskesmas Cipayung (59136,33g), Puskesmas Limo (34512,55g), dan Puskesmas Bojongsari (14771.28g). Total kuantitas DDD/1000 pasien/hari pada ketiga puskesmas yaitu gliseril guaiakolat (34,885g), ambroksol (1,92g), sirup ambroksol (0,2692g), tablet dekstrometorfan (0,2692g) dan sirup dekstrometorfan (0,0006g). Obat batuk yang menyusun segmen DU90%, yaitu gliseril guaiakolat. Obat batuk penyusun DU90% tidak sesuai dengan Formularium Nasional.
Cough is an act of protection and defense against mucosal infections, harmful substances, infection of the larynx, trachea and bronchi. The drug utilization in health facilities must comply with applicable national reference namely Formularium Nasional. This study aimed to evaluate the use of cough medicine in ARI’spatientsat three primary health care in Depok 2015. This study used descriptive design with retrospectively data collection of patient prescriptions, Primary health care Management Information System (SIMPUS), and Medication Management Information System (SIPO). Analysis was conducted on prescriptions that appropriate with inclusion criteria. Samples are prescribed to patients with ARI’s period January to December 2015. Analyses were performed quantitatively and qualitatively. Quantitative analysis expressed in DDD and DDD/1000 patients/day. Qualitative analysis expressed in DU 90% segment. Based on the analysis using Microsoft Excel, the biggest quantity of drug utilization in DDD were Cipayung primary health care (59136.33g), Limo primary health care (34512.55g), and Bojongsari primary health care (14771.28g). Quantity of DDD/1000 patients/day in the third primary health care were glyceryl guaiakolat (34.885g), ambroksol (1.92g), ambroksol syrup (0.2692g), dextromethorphan tablets (0.2692g) and dextromethorphan syrup (0.0006g). Cough medicines that compose DU 90% segment was Glyceryl Guaiacolat. Cough medicines that compose segment DU 90% were not in accordance with national formulary.