ABSTRAKHijab makin dikenal di Indonesia justru ketika maknanya terus berubah seiring
konteks penggunaannya. Dampaknya, terjadi peningkatan produksi sekaligus
konsumsi, hingga hijab menjadi tren mode. Dalam konsep Jean Baudrillard, hijab
lantas menjadi hiperriil, dengan representasi makna yang juga terus-menerus
berubah hingga menjadi hiperrealitas. Hijab kemudian ?menggantikan‟ jilbab,
sekaligus memutus hubungan dengan realitas jilbab sebelumnya
Studi ini secara kritis menyingkap mekanisme tanda yang terjadi balik
terbentuknya sebuah hiperrealitas, khususnya pada tren mode hijab. Analisis
semiotika Peirce digunakan agar studi ini mampu menyajikan secara
komprehensif dan mendetil, berlangsungnya proses semiosis dalam simulasi, di
tengah masyarakat konsumeris
ABSTRACTHijab is getting more familiar in Indonesia, while on the other hand it‟s meaning
keep changing in accordance to it‟s usage. It effects the increase in comodification
and consumption, so it become a fashion trend. Referring to Jean Baudrillard's
concept, Hijab becomes hyper-real, with ever-changing representation of meaning
towards hyperreality. Hijab then 'replaces' Jilbab and at the same time
disconnected it from previous reality that comes with Jilbab.
This study critically uncover the construction that exist behind the formation of a
hyperreality, especially in Hijab fashion trend. Peirce's Semiotic Analysis is used
so this study can give comprehensive and detailed picture on how this semiotic
process happen in simulation within consumerist society