ABSTRAKDi Indonesia turunnya harga minyak pada pertengahan tahun 2014 ditambah
dengan semakin menurunnya produksi minyak dan gas bumi karena penurunan
alamiah dari lapangan-lapangan tua membuat operator-operator PSC (Production
Sharing Contract) menganalisa kembali keekonomian dari pabrik-pabrik
pengolahan minyak dan gas bumi mereka. Kajian ini bertujuan untuk menganalisa
keputusan penutupan pabrik LPG beserta aspek teknis dan finansial yang
berkaitan dengan penutupan tersebut.
Hasil kajian finansial menunjukkan bahwa pabrik LPG yang sudah beroperasi
selama 40 tahun ini terbukti tidak ekonomis lagi untuk tetap dioperasikan. Nilai
forecast dari sensitivitas analisis juga menunjukkan bahwa kemungkinan untuk
reaktivasi pabrik LPG ini di masa depan sangat kecil sehingga perlu di lakukan
preservasi terhadap pabrik LPG hingga kontrak kerja berakhir. Kajian kelayakan
operasi juga menunjukkan bahwa kenaikan 1,5 MMSCFD dari gas alam yang
tidak diolah pabrik LPG yang dialirkan menuju kompresor tingkat 2 tidak
mengakibatkan kenaikan vibrasi pada kompresor tersebut yang dapat mengganggu
operasi penyaluran gas alam ke LNG Bontang dan East Kalimantan Pipeline
ABSTRACTIn Indonesia the decline in oil prices in mid 2014 coupled with the decline in oil
and gas production due to the natural decline of old fields makes operators PSC
reanalyzed the economics of their processing factories. The less economical
processing of natural gas that is processed into LPG requires the company took
the decision to shut down its LPG plant . This study aims to analyze the decision
to shut down the LPG plant along with technical and financial aspects related to
the closure.
Financial results of the study showed that the LPG plant that has been operating
for 40 years has proved no longer economical to remain in operation. Forecast
value of the sensitivity analysis also showed that the possibility for the
reactivation of the LPG plant in the future is so small so that the company needs
to conduct preservation procedure of the LPG plant until the expiration of the
contract . Operating feasibility study also shows that an increase of 1.5 MMSCFD
of natural gas untreated to the compressor will not resulting in increased levels of
vibration in the compressor which can interfere with the operation of natural gas
supply to Bontang LNG and East Kalimantan Pipeline .