ABSTRAKProduksi minyak dan gas di Indonesia telah dilakukan lebih dari tiga puluh
tahun, lebih dari 70% anjungan lepas pantai di Indonesia telah malampaui umur
desainnya dan akan terus meningkat jumlahnya seiring berjalannya waktu serta
biaya dekomisionig dan membangun platform baru yang relatif mahal. Platform
yang mengalami penuaan dan penurunan akibat korosi, kerusakan dan anomali
lainnya akan memunculkan masalah terhadap integritas struktur kecuali dikelola
dan dirawat dengan baik dengan program inspeksi, perawatan, perbaikan serta
metode analisis struktural yang baik. Program inspeksi bawah air rutin telah diatur
pemerintah dalam keputusan Ditjen Migas No. 21.K/38/DJM/1999, dan sejak
tahun 2013 pemerintah telah mengeluarkan persetujuan penerapan rencana
inspeksi bawah air berbasis risiko dalam surat edaran Ditjen Migas no
8433/18.01/DMT/2013 yang memberikan kesempatan kepada operator untuk
mengoptimalkan sumber daya untuk program peningkatan integritas struktural.
Salah satu faktor yang menentukan risiko suatu platform adalah kemungkinan
kegagalan yang selama ini dinilai dengan pendekatan semikuantitatif. Tulisan ini
akan membahas pendekatan kuantitatif terhadap penilaian kemungkinan
kegagalan anjungan lepas pantai berdasarkan tingkat robustness melalui analisa
kekuatan ultimit yang akan meningkatkan konfidensi dalam penilaian
kemungkinan kegagalan sesuai dengan karakter struktur, metocean, serta anomali
platform di wilayah perairan Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
metode semikuantitatif yang selama ini diterapkan dalam perencanaan inspeksi
berbasis risiko untuk menyusun kemungkinan kegagalan platform telah cukup
mengidentifikasi sejumlah faktor yang berpotensi memperngaruhi kemunduran
struktur, namun tidak cukup memberikan gambaran pengaruhnya terhadap tingkat
kemunduran platform. Pendekatan kuantitaif dapat memberikan gambaran
pengaruh anomali terhadap kemunduran platform yang lebih baik.
ABSTRACTProduction of oil and gas in Indonesia has been performed over thirty
years, more than 70% of offshore platforms in Indonesia has exceed of design life
and will continue increase in number over time since decommisioning cost and
build a new platform is relatively expensive. Agein and deteriorated offshore
platforms as a result of corrosion, damage and other anomalies would bring up the
issue of the structural integrity unless managed by inspection, maintenance, repair
program and good structural analysis methods. Routine underwater inspection
program has been regulated by the government on Keputusan Ditjen Migas No.
21.K/3/DJM/1999, since 2013 the government has issued approval of the
implementation risk-based underwater inspection planning on Surat Edaran Ditjen
Migas No. 8433/18.01/DMT/2013, which provides the opportunity for the
operator to optimize the resources to improve the structural integrity. One of the
factor that determine the risk of an offshore platform is the Likelihood of Failure
(LoF) that assessed by semiquantitative approach. This paper will discuss the
quantitative approach as a tools to assess the Likelihood of Failure of offshore
platforms based on the level of robustness through ultimate strength analysis that
will increase confidence to assess the Likeihood of Failure in accordance with the
character of the structure, metocean, as well as anomalies of offshore platforms in
the territorial waters of Indonesia. Result shown that the recent semiquantitative
approach to identifiy likelihood of failure is enough to capture some potential
factor affecting platform deterioration, however can not present level of platform
deterioration for each factor. Quantitative approach give better acknowledge about
the effect of anomaly to platform deterioration.