ABSTRAKDisertasi ini pada dasarnya berusaha menunjukkan bagaimana dalam industri
pertelevisian Indonesia yang tumbuh pesat saat ini, berlangsung eksploitasi dalam
bentuk komodifikasi pekerja anak yang terus berlangsung karena adanya proses
naturalisasi pekerja anak. Penelitian ini dimaksudkan untuk menjelaskan bentuk
eksploitasi yang dialami artis anak dalam industri sinetron, bagaimana proses
eksploitasi anak itu bisa berlangsung secara berkelanjutan dan bagaimanakah
proses naturalisasinya sehingga eksploitasi itu nampak sebagai sebuah hal yang
alamiah dan wajar. Proses naturalisasi ini diharapkan mampu menjelaskan
mengapa segenap pihak yang terkait dengan kehadiran artis anak dalam industri
sinetron (artis anak, orangtua, pekerja media, pelaku usaha, masyarakat, negara)
menerima eksploitasi anak dalam industri media dan bagaimana mereka
memaknainya sehingga pada akhirnya dapat ditemukan rasionalisasi mengapa
komodifikasi, eksploitasi pekerja anak yang terjadi di media massa khususnya
televisi tidak dilihat sebagai komodifikasi atau eksploitasi.
Bertitik tolak dari permasalahan dan tujuan penelitian semacam itu penelitian
ini menggunaan konsep komodifikasi pekerja dengan pendekatan ekonomi politik
kritis. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dalam paradigma kritis
melalui metode analisis studi kasus. Subjek penelitian adalah pekerja anak dan
pihak-pihak yang terkait dengan pekerja anak di industri sinetron. Situs
pengamatan adalah produksi sinetron Raden Kian Santang. Dalam proses
pengumpulan data, peneliti melakukan observasi langsung, melakukan rangkaian
wawancara dan analisis sekunder terhadap data mengenai industry pertelevisian.
Berdasarkan hasil temuan di lapangan, industri sinetron terbukti
melakukan eksploitasi tubuh, eksploitasi ekonomi, eksploitasi tumbuh kembang,
eksploitasi waktu luang dan eksploitasi pada akses pendidikan. Berdasarkan studi
ini, apa yang terjadi dalam proses produksi sinetron RKS adalah bentuk
komodifikasi pekerja yang, pertama-tama, dilakukan industri sinetron dalam hal
ini Rumah Produksi MD Entertainment. Namun demikian rumah produksi
sebenarnya tidak berperan sendirian. Eksploitasi ini juga terjadi karena hubungan
rumah produksi dengan stasiun televisi, biro iklan, dan lembaga pengiklan.
Industri juga melakukan berbagai upaya untuk menjadikan eksploitasi ini tidak
mengemuka sebagai eksploitasi. Pengaburan eksploitasi ini ini dilakukan dengan
melakukan mistifikasi komoditas. Tenaga kerja, dalam hal ini pekerja anak mengalami mistifikasi berganda yakni reifikasi dan naturalisasi. Tujuan
mistifikasi adalah penerimaan secara alamiah proses produksi yang eksploitatif.
Mistifikasi yang dijalankan adalah fantasi popularitas. Pekerja anak kemudian
bertransformasi menjadi bintang sinetron, dengan segala priviledge nya.
Transformasi pekerja menjadi bintang, adalah reifikasi. Proses pengalamiahan
penerimaan pekerja menjadi bintang adalah naturalisasi. Naturalisasi berjalan
sistemik dan sedemikian halus sehingga diterima sebagai taken for granted.
Melalui penstereotipian bintang sinetron di media massa juga pengabaian industri,
orangtua, negara dan masyarakat terhadap hak pekerja anak, maka naturalisasi
proses produksi yang eksploitatif semakin terinternalisasi dalam diri pekerja anak.
Hal ini menjelaskan mengapa berbagai pihak terkait menerima proses eksploitasi,
yakni dikarenakan adanya mistifikasi yang dilakukan industri bernama fantasi
popularitas. Di akhir analisa dapat dikemukakan bahwasanya, proses naturalisasi
eksploitasi inilah yang menyebabkan eksploitasi tidak dilihat sebagai eksploitasi.
Dalam konsep bintang, tidak lagi ada pekerja di industri sinetron, semua adalah
bintang. Dan karena semua adalah bintang, tidak lagi tampak eksploitasi yang
berjalan. Hal ini akan bertahan selama selubung-selubung mistifikasi tidak
dibongkar. Ada pekerja di industri sinetron, yang harus diperjuangkan haknya
sebagai pekerja, dan sebagai anak.
Peneliti melihat bahwa eksploitasi pekerja anak ini tidak bisa dilihat sebagai
hal alamiah dan terberikan melainkan merupakan hasil dari relasi kuasa yang
melibatkan banyak pihak yang terkait dan berkepentingan dengan industry
pertelevisian. Keterjalinan berbagai pihak ini (stasiun televisi, rumah produksi,
pengiklan, biro iklan, lembaga negara, sekolah, orangtua dan artis anak sendiri)
menjadikan eksploitasi terus berlangsung melalui proses naturalisasi.
Penelitian ini menemukan bahwa analisis ekonomi-politik dengan
pendekatan kritis dapat digunakan untuk melihat bagaimana relasi kuasa, secara
bersama-sama dan mutualis membentuk sistem produksi, distribusi, dan konsumsi
sumber daya, termasuk di dalamnya sumber daya komunikasi. Sumber daya
dalam hal ini adalah pekerja anak. Ekonomi politik dapat menjelaskan bagaimana
relasi kuasa mempengaruhi proses produksi yang mengeksploitasi pekerja anak.
Kajian mengenai komodifikasi pekerja terbukti signifikan untuk konteks negara
yang masih berkembang, seperti Indonesia. Hal ini terkait dengan tingkat
pendidikan, tingkat pendapatan, tingkat kesadaran hukum, dan implementasi
kebijakan publik yang berpengaruh pada tingkatan eksploitasi dan keberhasilan
mistifikasi yang dilakukan industri atau pemilik modal. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa komoditas pekerja anak memang mengalami mistifikasi
berganda, yakni reifikasi dan naturalisasi. Naturalisasi sebagai bagian dari
mistifikasi adalah upaya industri yang berjalan lebih sistemik, dan terencana.
Naturalisasi tidak bisa dilakukan hanya oleh industri, namun juga didukung oleh
pihak-pihak yang terkait dengan proses produksi. Naturalisasi bertanggungjawab
untuk menghilangkan proses produksi, dominasi dan eksploitasi yang dilakukan
industri. Disini media massa berperan penting menyebarluaskan naturalisasi
eksploitasi.
ABSTRACTThis dissertation is basically trying to demonstrate how the television industry
in Indonesia is growing rapidly today, takes place in the form of commodification
exploitation of child labor continues as a result of the naturalization process of
child labor. This study aimed to describe forms of exploitation of a child artist in
the soap opera industry, how the process of exploitation of children can take place
on an ongoing basis and how the process of naturalization so that exploitation
appears as a natural and reasonable thing. The process of naturalization is
expected to explain why all the parties concerned by the presence of the artist son
in industrial soap opera (artist's children, parents, media workers, businesses,
communities, countries) accept the exploitation of children in the media industry
and how they interpret it so that in the end can be found rationalizations why
commodification, exploitation of child labor which occurs in the mass media,
especially television is not seen as the commodification or exploitation.
Focused on the issues and objectives of such research, this study uses the
concept of commodification of workers with critical political economy approach.
This study used a qualitative approach in the critical paradigm through case study
analysis method. Subjects were child laborers and parties related to child labor in
the soap opera industry. Site observation is Raden Kian Santang product ion of
soap operas. In the process of collecting data, researchers conducted direct
observation, conducting a series of interviews and secondary analysis of the data
regarding the television industry.
Based on the findings in the field, soap opera industry proved body
exploitation, economic exploitation, exploitation of growth and development,
exploitation of leisure time and exploitation in the access to education. Based on
these studies, what happens in the production process RKS soap opera is a form of
commodification of workers who, first of all, done by the soap opera industry in
this regard Production House MD Entertainment. However, the production house
is not actually play a role alone. This exploitation also occurs because of the
relationship with the production house television stations, advertising agencies,
advertisers and agencies.
Industry also made various efforts to make this eksploitation not surfaced as
exploitation. Blurring this exploitation is done by mystification of commodities.
Labor, in this case of child labor, suffered multiple mystification of the reification
and naturalization. The purpose of mystification is a natural acceptance of
exploitative production process. Mystification run is the popularity of fantasy.
Child labor later transformed into soap star, with all theirs priviledge.
The transformation of the workers into a star, is reification. Normalisation
recruitment process become stars is naturalized. Naturalization walk systemic and
so delicate that it is accepted as taken for granted. Through stereotyping soap star
in the mass media also neglect the industry, parents, the state and society against the rights of child workers, the naturalization process exploitative production
increasingly internalized inner child labor. This explains why the various parties
involved accept the exploitation process, which is due to the industry's
mystification called fantasy popularity. It can be noted that the final analysis, the
naturalization process is what causes the exploitation of exploitation not seen as
exploitation. In the concept of a star, no longer working in the industry of soap
operas, all were stellar. And because all is a star, no longer seem exploitation runs.
It will last as long as the veils of mystification is not dismantled. There were
workers in the soap opera industry, which must be fought for their rights as
workers, and as a child.
Researchers saw that the exploitation of child labor can not be seen as a
natural and taken for granted but rather is the result of power relations that
involves many stakeholders and interest in the television industry. This
entanglement of various parties (television stations, production houses,
advertisers, agencies, state agencies, schools, parents and children themselves
artists) make exploitation continued through the naturalization process.
This study found that the political-economic analysis with critical approach
can be used to see how power relations, jointly and mutualist form a system of
production, distribution, and consumption of resources, including communication
resources. The resources in this case is child labor. The political economy can
explain how power relations influence the process of production that exploits
child labor. The study of the commodification of workers proved significant for
countries that are still developing context, such as Indonesia. This is related to the
educational level, income level, the level of legal awareness and implementation
of public policies that affect the level of exploitation and the success of the
industry is doing mystification or owners of capital. The results showed that child
labor commodity is experiencing double mystification, the reification and
naturalization. Naturalization as part of the mystification is the industry's efforts
run more systemic, and well-planned. Naturalization can not be done only by
industry, but is also supported by the parties associated with the production
process. Naturalization is responsible for eliminating the production process,
domination and exploitation industry. Here the mass media play an important role
disseminating naturalization exploitation.