ABSTRAKLatar belakang dan tujuan: Pioderma superfisialis (PS) masih menjadi masalah
kesehatan di Indonesia dengan jumlah kunjungan yang masih tinggi di Poliklinik
Kulit dan Kelamin Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (PKK-RSCM). Saat ini
pengobatan topikal lini pertama adalah asam fusidat 2% sedangkan penggunaan
mupirosin 2% dibatasi. Beberapa penelitian terdahulu memperlihatkan resistensi
terhadap asam fusidat 2% dan mupirosin 2%. Penelitian ini bertujuan untuk
membandingkan efektivitas mupirosin 2% dengan asam fusidat 2% terhadap
kesembuhan klinis PS di PKK-RSCM.
Metode: Uji klinis acak buta ganda dilakukan terhadap 42 pasien PS usia 12-59
tahun di PKK-RSCM. Setelah pemeriksaan bakteriologis, setiap subjek
mendapatkan satu jenis krim antibiotik untuk dioleskan selama tujuh hari. Evaluasi
klinis didasarkan pada pengurangan luas lesi dan skala nyeri. Pemeriksaan biakan
dan resistensi dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Klinik Universitas
Indonesia.
Hasil: Efektivitas krim mupirosin (kelompok M) adalah 83,3% dan krim asam
fusidat (kelompok AF) 40% (p=0,048), sedangkan persentase penurunan luas lesi
kelompok M sebesar 83,5% dan kelompok AF 60,7% (p=0,041). Tidak ditemukan
efek samping subjektif maupun objektif pada kedua kelompok. Pada biakan kuman,
54,8% sampel ditemukan 2 jenis kuman, jenis terbanyak adalah S.aureus dan
S.pyogenes. Sebagian besar S.aureus (78,8%, 75,8%) dan S.pyogenes (50%,94,4%)
memiliki kepekaan intermediet terhadap mupirosin 2% dan asam fusidat 2%.
Kesimpulan: Krim mupirosin 2% lebih efektif daripada krim asam fusidat 2%
terhadap PS.
Kata kunci: mupirosin 2%, asam fusidat 2%, kesembuhan klinis, luas lesi, skala
nyeri
ABSTRACTBackground and objectives: Superficial pyodermas (SP) are common health
problem in Indonesia with high incidence in the Dermatovenereology Outpatient
Clinic Dr. Cipto Mangunkusumo Hospital (DV-CMH). Current guidelines endorses
2% fusidic acid as the first line topical therapy, while 2% mupirocin is reserved for
certain condition. Past studies demonstrated increasing resistance to 2% fusidic acid
and 2% mupirocin. This study aims to compare the effectiveness of 2% mupirocin
and 2% fusidic acid in SP treatment in our institution.
Methods: A double-blind randomized controlled trial was conducted on 42 SP
patients aged 12-59 years old in DV-CMH. Following bacteriologic examination,
each subject received a random antibiotic cream for seven days. Clinical evaluation
was determined by reduction of lesion size and pain scale. Bacteriologic culture and
susceptibility test were performed in Clinical Microbiology Laboratory University
of Indonesia.
Results: The effectiveness in 2% mupirocin group (M) was 83,3% and in 2%
fusidic acid group (FA) 40% (p=0,048). Lesion size decrease was 83.5% in M group
and 60.7% in FA group (p=0,041). No side effects were observed in both treatment
groups. At the bacteria culture , 54.8 % of the samples found two types of bacteria,
most types are S.aureus and S.pyogenes. Most of S.aureus (78,8%, 75,8%) and
S.pyogenes (50%,94,4%) have an intermediate susceptibility to 2 % mupirocin and
2% fusidic acid.
Conclusion: The 2% mupirocin cream was more effective than 2% fusidic acid
cream in SP treatment.
Keywords: 2% mupirocin, 2% fusidic acid, clinical cure, lesion size, pain scale