ABSTRAKLatar belakang: Pneumonia adalah salah satu masalah kesehatan utama pada geriatri. Proses penuaan sistem organ dan faktor komorbid banyak berperan pada peningkatan morbiditas dan mortalitas pneumonia pada pasien geriatri sehingga menyebabkan tingginya biaya pengobatan penyakit tersebut. Salah satu biaya yang menyerap besar anggaran rumah sakit adalah biaya antibiotik. Tingginya biaya penggunaan antibotik untuk pneumonia komunitas menyebabkan perlunya dilakukan analisis farmakoekonomi. Cost effectiveness adalah salah satu metode analisis farmakoekonomi.
Tujuan: Menilai cost effectiveness tata laksana pneumonia komunitas pada geriatri.
Metode: Penelitian ini dilakukan secara retrospektif pada pasien geriatri rawat inap dengan pneumonia komunitas di RSCM periode 1 Januari 2012-31 Maret 2016. Analisis cost effectiveness digunakan untuk analisis farmakoekonomi yang membandingkan biaya (cost) dengan hasil luaran klinis sembuh (effectiveness).
Hasil: Sebanyak 104 pasien geriatri dengan pneumonia komunitas dirawat di RSCM dianalisis cost effectiveness dan dikelompokkan menjadi 5 kelompok yaitu: kombinasi seftriakson azitromisin (n=38), kombinasi sefotaksim azitromisin (n=23), monoterapi meropenem (n=22), kombinasi meropenem levofloksasin (n=13), dan monoterapi sefepim (n=8). Kesembuhan tertinggi pada monoterapi
sefepim (100%), kombinasi sefotaksim azitromisin (95,7%), dan kombinasi seftriakson azitromisin (92,1%). Kematian tertinggi pada kombinasi meropenem levofloksasin (46,2%) dan monoterapi meropenem (36,4%). Penelitian ini dibagi
menjadi 2 kelompok besar. Kelompok 1 terdiri dari kombinasi seftriakson azitromisin dan kombinasi sefotaksim azitromisin. Kelompok 2 terdiri dari
kombinasi meropenem levofloksasin, monoterapi meropenem dan monoterapi sefepim. Nilai ACER (Average Cost Effectiveness Ratio) pada kombinasi seftriakson azitromisin Rp285.097,- dan monoterapi sefepim memiliki nilai ACER Rp 1.747.356,-. Pada nilai ICER (Intremental Cost Effectivenees Ratio), penggunaan kombinasi seftriakson azitromisin memberikan selisih penambahan
harga sebesar Rp 31.756,- untuk setiap selisih penambahan 1% kesembuhan dibandingkan dengan kombinasi sefotaksim azitromisin. Penggunaan monoterapi sefepim memberikan selisih penurunan harga sebesar Rp 58.124,- untuk setiap
selisih penambahan 1% kesembuhan dibandingkan dengan monoterapi meropenem. Penggunaan monoterapi sefepim memberikan selisih penurunan harga sebesar Rp 83.918,- untuk setiap selisih penambahan 1% kesembuhan
dibandingkan dengan kombinasi meropenem levofloksasin. Penggunaan meropenem memberikan selisih penurunan harga sebesar Rp 179.724,- untuk setiap selisih penambahan 1% kesembuhan dibandingkan dengan kombinasi
meropenem levofloksasin untuk terapi pneumonia komunitas pada geriatri.
Kesimpulan: Kedua rejimen antibiotik kombinasi seftriakson azitromisin dan kombinasi sefotaksim azitromisin memiliki cost effectiveness yang sama untuk
terapi pneumonia komunitas pada geriatri. Monoterapi sefepim memiliki cost effectiveness lebih tinggi dibandingkan monoterapi meropenem dan kombinasi
meropenem levofloksasin untuk terapi pneumonia komunitas pada geriatri.
ABSTRACTBackground: Pneumonia is one of the major health problems in elderly. The
aging process of organ systems and many comorbid factors contribute to increase
the morbidity and mortality of pneumonia in geriatric patients, causing high costs
of the treatment, mainly the cost of antibiotic. The high cost of antibiotic used for
community pneumonia creates need for pharmacoeconomics analysis. Cost
effectiveness analysis is one of the method for doing pharmacoeconomics
analysis.
Objective: To analyze the cost effectiveness of antibiotic uses on community
pneumonia in elderly.
Method: This study was conducted retrospectively in hospitalized geriatric
patients with community pneumonia in RSCM for period of 1 January 2012-31
March 2016. The cost effectiveness analysis method was used to analyze
pharmacoeconomics by comparing the expense (cost) with clinically cured
patients (effectiveness).
Result: A total of 104 geriatric patients with community pneumonia treated in
RSCM were analyzed by using cost effectiveness method. They were classified
into 5 groups: combination of azithromycin ceftriaxone+azithromycin (n=23),
combination of cefotaxime+azithromycin (n=38), meropenem monotherapy
(n=22), combination of meropenem+levofloxacin (n=13), and cefepime
monotherapy (n=8). The highest percentage of recovery was found in cefepime
monotherapy (100%), followed by combination of cefotaxime+azithromycin
(95.7%) and combination of ceftriaxone+azithromycin (92.1%). The highest
percentage of mortality was observed in the combination of meropenem+
levofloxacin (46.2%), followed by meropenem monotherapy (36.4%). This
research is divided into two large groups. Group 1 consisted of combination of
ceftriaxone+azithromycin and combination of cefotaxime+azithromycin. Group 2
consisted of combination of meropenem+levofloxacin, meropenem monotherapy
and cefepime monotherapy .The Average Cost Effectiveness Ratio of combination
ceftriaxone+azithromycin is Rp 285.097,-while the ACER of cefepime
monotherapy is Rp 1.747.356,-. The Intremental Cost Effectivenees Ratio of
combination of ceftriaxone+azithromycin is Rp 31.756,- for each 1% increment of
recovery when compared to combination of cefotaxime+azithromycin. The use of
cefepime monotherapy provides reduction of Rp 58.124, - for each 1% additional
of recovery compared to meropenem monotherapy. The use of cefepime
monotherapy provides reduction of Rp 83.918,- for each 1% additional of
recovery compared to combination of meropenem+levofloxacin. The use of
meropenem provides reduction of Rp 179.724,- for each 1% additional of
recovery compared to combination of meropenem+levofloxacin for treatment of
community pneumonia in elderly.
Conclusions: Both of two regimen azithromycin+ceftriaxone and
cefotaxime+azithromycin got the same cost of effectiveness for the treatment of
community pneumonia in elderly. Cefepime monotherapy has higher cost
effectiveness than meropenem monotherapy and combination of
meropenem+levofloxacin for treatment of community pneumonia in elderly