Fenomena
wanita bertato seringkali kita lihat bagaikan sebuah jaringan, yang berkembang dengan pesat
layaknya sebuah virus yang masuk kedalam sel-sel jaringan dan akhirnya menyebabkan orang mengikutinya
tanpa kemudian mereka takut ataupun memikirkan nilai yang ada di masyarakat. Penelitian ini menggunakan
pendekatan kualitatif, dengan melakukan wawancara mendalam dan observasi sebagai metode pengumpulan
data yang didapatkan dari dua orang key informan yang diambil secara purposif. Indentitas diri dan keindahan
estetis adalah bagian dari motivasi bagi kedua key informan ini. Bahwa mereka ingin membuktikan bahwa
apa yang dipikirkan tentang stereotip yang negatif tentang wanita bertato sedikit demi sedikit terpatahkan.
Pembuktian dengan cara bekerja dan memberikan kontribusi serta memiliki andil besar terhadap pekerjaan
yang mereka emban adalah sebuah contoh pergerakan feminism, yang dapat diibaratkan sebagai perjuangan
dalam meraih persamaan gender. Adapun masyarakat sebagai jaringan sosial yang terbentuk dari sebuah
persepsi yang sama, dan juga suatu bentuk persepsi pengalaman yang sama, sehingga mereka merasa
nyaman untuk saling terhubung satu sama lain. Ketika budaya tato ini menjadi popular maka tidaklah salah
jika media memiliki andil yang sangat besar. Kognisi dari masyarakat kemudian dipenuhi dengan nilai dan
norma yang sesuai dengan kebutuhan media. Tidaklah adil kita memberi sanksi sosial hanya dikarenakan
mereka bukan publik figur. Harus diakui bahwasannya mengubah suatu paradigma adalah sesuatu yang
sangat sulit, oleh karenanya memberikan pencerahan pada masyarakat adalah hal yang tidak dapat dielakan.