Fenomena yang sering ditemui umumnya napi wanita mengalami kegelisahan dalam menghadapi kebebasannya, walaupun sebenarnya hal tersebut sangat dinantikan. Napi wanita akan memperoleh stigma yang lebih buruk dibanding napi pria karena dianggap sebagai pelaku kejahatan yang melanggar norma hukum dan norma konvensional. Selain itu, napi mengalami kebingungan mencari pekerjaan dengan stigma yang ada atau napi yang telah bebas jarang mau bekerja dengan penghasilan yang sedikit karena tidak mencukupi kebutuhan keluarga. Hal ini mengakibatkan residivisme. Kondisi napi wanita yang unik ini belum mendapatkan perhatian khusus dalam sistem peradilan.
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan pemahaman tentang arti dan makna pengalaman narapidana wanita dalam menghadapi masa kebebasannya di Lapas Wanita Kelas IIA Semarang. Desain penelitian yang digunakan adalah fenomenologi. Sampel adalah narapidana wanita yang menghadapi masa kebebasannya. Jumlah sampel sebanyak 7 orang dengan teknik purposive sampling. Teknik pengambilan data adalah open-ended indepth interview. Analisis data menggunakan metode Collaizi.
Teridentifikasi 18 tema sebagai hasil penelitian yang mencakup respon napi wanita dalam menghadapi kebebasannya, situasi atau kondisi yang melatarbelakangi respon tersebut, mekanisme koping napi wanita dalam menghadapi kebebasannya, rencana napi wanita setelah bebas, pandangan napi wanita tentang dampak program pembinaan di Lapas, harapan napi wanita setelah bebas, makna kebebasan bagi napi wanita, dan makna pengalaman menghadapi kebebasan bagi napi wanita.
Perlu dilakukan skrining masalah kesehatan (bio-psiko-sosio-kultural-spritual) yang dialami oleh napi wanita menjelang masa kebebasannya agar dapat membantu perawat mengembangkan intervensi yang efektif. Juga perlu dikembangkan suatu model discharge planning yang sesuai bagi napi wanita.
Phenomenon in Female Correctional Setting Semarang is female inmates feel anxious to face freedom. They will get stigma because of law and conventional norm deviation. In addition, they will be hard to get occupation. It can cause recidivism. This unique situation does not get special attention in correctional system. This research aim is to get understanding about the meaning of female inmate phenomenon in facing release period in Female Inmate Correctional Setting Semarang. Research design is phenomenology. Samples were female inmates who facing release period. Sample size was seven participants with purposive sampling method. Data collection technique was open-ended in depth interview. Data analyzing used Collaizi method. There are 18 themes included female inmates responses in facing release period, situations which influence the responses, female inmates’ coping mechanism in facing release period, female inmates’ planning after release, the meaning of freedom and experience in facing release period. Health problem screening is needed for female inmates in facing release period. It will help nurse to develop effective intervention for female inmates. In addition, a discharge planning model should be developed for female inmates.