ABSTRAKPenyakit kusta pada stadium lanjut sering disertai luka kusta yang terjadi akibat kerusakan saraf
perifer sehingga terjadi kehilangan sensitifitas sensorik. Luka kusta yang terjadi pada pasien
penyakit kusta sangat sulit disembuhkan karena pasien datang ke tempat pelayanan kesehatan
telah mengalami kondisi yang berat. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui perbedaan
efektifitas perawatan luka antara menggunakan madu dengan ethacridine 0,1% terhadap
perbaikan luka kusta di Rumah Sakit Kusta Sitanala Tangerang. Penelitian ini mengunakan
equivalent pretest-posttest control group design. Jumlah sampel penelitian 16 responden terdiri
dari 8 responden kelompok madu(intervensi) dan 8 responden kelompok ethacridine 0,1%
(kontrol). Teknik pengambilan sampel yaitu consecutive sampling dan acak sederhana. Analisis
data yang digunakan yaitu uji t independent. Hasil penelitian menunjukan responden perawatan
luka dengan madu maupun ethacridine 0,1% terjadi penurunan skor luka rata-rata pada hari ke-6
dan ke-12. Setelah diuji dengan uji t-independent test diperoleh madu lebih efektif dibandingkan
ethacridine 0,1%. Kesimpulan penelitian ini adalah perawatan luka menggunakan madu lebih
efektif dibandingkan perawatan luka dengan ethacridine 0,1% terhadap perbaikan luka kusta.
Saran penelitian yaitu perlu adanya kebijakan dari institusi pelayanan kesehatan untuk
mengakomodasi penggunaan madu sebagai topikal perawatan luka kusta. Perlu dilakukan
penelitian lebih lanjut tentang topikal madu terhadap penyembuhan luka luka kusta.
ABSTRACTLeprosy wound is one of chronic complication of leprosy disease, as the result of damaged
peripheral nerve toward loss of sensation. The process of leprosy wound healing last longer. The
aim of this study was to evaluate the differences of effectiveness wound care between honey and
ethacridine 0,1% as a topical agent for leprosy wound healing at Sitanala Leprosy Hospital,
Tangerang. Equivalent pretest-posttest control group design was used in this study. The sample
size were 16 patients with chronic wound, consisted 8 patients as intervention group and 8
patiens as control group. Sample were selected by simple random and consecutive sampling
technique. Correlation and t-independent test were used to examine the difference of wound care
effectiveness between honey and ethacridine 0.1% as topical agent. The result showed that The
honey more effective than ethacridine 0.1% as topical agent in wound care of leprosy. There
was decreased PUSH SCORE at 6th and 12th days after wound care to be done.
Recommendations of this research that the health institution should accommodate honey to be
used as topical agent. Further research about honey as topical agent in wound healing to be
conducted.