ABSTRAKBank BCA, siapa orang Indonesia yang tidak kenal bank satu ini. Hampir bisa dipastikan setiap orang yang mengenal tabungan akan tahu BCA, bahkan tidak mustahil memakai BCA sebagai tempat untuk menyimpan uangnya. Bank satu ini memang mempunyai track record yang unik, setelah tidak berdaya menghadapi rush yang dilakukan oleh 5 juta nasabahnya di tahun 1998 lalu, yang mengakibatkan Bank BCA berada di pangkuan BPPN dengan status bank take over (BTO), pada tanggal 31 Mei 2000 Bank ini melakukan penjualan perdana sahamnya sebanyak 22,5 % dan keseluruhan saham yang ada.
Lebih hebat lagi, penawaran saham tersebut dilakukan pada saat kondisi pasar dan perekonomian Indonesia penuh ketidakpastian dengan adanya guncangan rupiah yang mengakibatkan kemerosotan nilai tukar. Bahkan di Bursa Efek Jakarta sendiri sedang terjadi penurunan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang amat tajam. Akankah ini menjadi momentum yang bisa memberikan keuntungan bagi investor, bagaimanakah prospek saham Bank BCA kedepan?
Sebelum sampai pada satu keputusan investasi, seorang investor membutuhkan analisis yang matang. Biasanya digunakan bentuk analisis fundamental dan analisis teknikal. Analisis fundamental dilakukan dengan menggunakan top down approach, dimulai dengan melakukan analisis ekonomi makro dengan memperhatikan indikator-indikator moneter yang ada serta memperkirakan kecenderungan perubahan perekonomian, dilanjutkan dengan melakukan analiis pada industri perbankan dengan memperhatikan struktur industri pada saat ini serta prospek industri di masa datang, dan yang terakhir melakukan analisis terhadap Bank BCA dengan melihat strategi yang diterapkan okh perusahaan, kinerja keuangannya serta dilakukan penilaian terhadap kemampuan perusahaan mendapatkan keuntungan di masa datang. Sedangkan analisis teknikal lebih menekankan pada pemanfäatan harga saham di masa lalu untuk memprediksikan harga saham di masa yang akan datang dengan bantuan berbagai bentuk grafik.
Berdasarkan analisis terhadap ekonomi makro, diketahui kondisi perekonomian Indonesia menunjukkan masih terus berlangsungnya proses pemulihan ekonomi, dengan terjadìnya peningkatan aktifitas ekonomi meskipun masih terus clibayangi oleh tekarnin inflasi dan melemahnya nilai tukar rupiah.
Berdasarkan analisis industri, diketahui kondisi industri perbankan mulal menunjukkan perbaikan walaupun kondisinya secara umum masih belum pulih. Perkembangan tersebut tercermin pada peningkatan penghimpunan dana, profitabilitas, membaiknya kualitas kredit serta peningkatan jumlah bank yang telah memenuhi ketentuan minimum Capital Adequacy Ratio (CAR). Disamping itu, fungsi intermediasi bank yang sempat terganggu selama berlangsungnya krisis telah rnenunjukkan pemulihan, yang tercenflin dan adanya ekspansi kredit walaupun masih dalam skala kecil.
Bank BCA sendiri terus meningkatkan kualitas pelayanan terhadap nasabahnya disamping terus menciptakan keunggulan baru dibanding pesaingnya. Bahkan Bank BCA sudah mempersiapkan diri dalam menghadapi era baru dalam bisnis perbankan yaitu teiepon banking dan internet banking yang didukung dengan penggunaan teknologi canggih Kecanggihan teknologi inilah yang membedakan Bank BCA lebih maju dari bank lain di Indonesia.
Mulai membaìknya aktivitas ekonomi yang didorong oleh kebijakan yang telah dilakukafl pemerintah dalam rangka restrukiurisasi perbankan nasional yang dilaksanakan secara konsisten untuk mencapai sistem perbankan yang sehat akan mendorong kemajuan kondisi perbankan ke depan. Namun demikian, kondisi moneter yang masih tenis dibayangi oleh melemahnya nilai tukar dan tekanan inflasi perlu tetap diwaspadai. Sejalan dengan pecbaikan ekonomi dan kondisi keuangan nasional, Bank BCA dengan jumlab nasabahnya yang besar, jaringan cabang dan ATM yang luas dan infrastruktur teknologinya yang canggih, bersaina-sama dengan namanya yang telah dikenal masyarakat tuas akan mampu memberikan keunggulan kompetitif dan segi pembiayaan sumber dana yang lebih rendah dan pertumbuhan pendapatan yang lebih tinggi.
Berdasarkan hasil penilaian Bank BCA dengan menggunakan free cash flow to equiy model dengan menggunakan expected rate of return 27,63 % memberikan hasil nilai intrinsik saham Bank BCA sebesar Rp. 3316,15. Disarankan kepada investor untuk tidak membeli saham BCA jika harganya berada di atas nilai tersebut (overvalued), sebaliknya membeli saham BCA jika harganya di bawah (undervalued) atau mendekati nilai tersebut. Keputusan berdasarkan model penilaian tersebut akan sangat bergantung pada proyeksi arus kas di masa yang akan datang serta besarnya tingkat hasil yang diharapkan (expected rate of return) oleh Seorang investor. Akibatnya keputusan setiap investor akan berbeda jika digunakan model, proyeksi anis kas dan expected rate of return yang berbeda pula.