ABSTRAKProgram-program reforrnasi perusahaan terjadi akibat kebutuhan ataupun desakan
program reformasi BUMN di Indonesia menjadi menarik terutama akibatnya terjadinya
krisis ekonomi di Indonesia semenjak 1996. Restrukturisasi pun dilakukan pada kabinet
pemerintahan Indonesia dan selanjutnya pada BUMN-BUMN.
Desakan globalisasi yang sering dilihat sebagai ancaman berlebihan, telah
membuat pakar-pakar manajemen kadang mengambil Iangkah-Iangkah penyelamatan
yang tidak realistik terhadap ancaman-ancaman yang ada, misalnya dengan justru
memperluas bidang usaha.
Dunia perposan sudah lama tergoda untuk redefinsi bisnis pos, terutama ketika
telepon memasuki pasar dan sekarang e-business, walaupun akhirnya pakar-pakar
perposan tetap pada kesimpulan yang konservatif-moderat bahwasanya bisnis
perposan/paket adalah bisnis ?physical delivery?/?physical mail?.
Di sisi lain telaah mengamati kecenderungan-kecenderungan organisasi kurang
fokus. Umumnya penyelamatan BUMN sering diwarnai oleb perluasan bidang usaha,
adalah suatu kontradiksi di kala keuangan negara berada dalam kesulitan yang hebat.
Tulisan ¡ni mengkaji melalui teori-teori dan melalui suatu studi kasus atau studi
banding terhadap usaha-usaha pos di luar negeri serta BUMN-BUMN lainnya, guna
membentuk kerangka dasar Logika berpikir untuk mengupas redefinisi serta program
reformasinya PT. Pos Indonesia.
Hash telaah memberikan kesimpulan pokok yaitu redefinisi yang dilakukan PT.
Pos Indonesia justru memperluas bidang usaha Pos Indonesia dan memberikan beban
biaya, serta beban manajemen organisasi yang melebar. Adalah suatu kontradiksi dikala
saat negara sedang rusak, PT. Pos Indonesia justru merencanakan proyek-proyek
?MERCUSUAR? yang mengingatkan kita terhadap kasus-kasus Pertamina dan Garuda