ABSTRAKMemperahankan nilai tukar ini BI sering melakukan operasi pasar sehingga
dikhawatirkan cadangan devisa akan terkuras untuk operasi pasar tsb. Akhirnya BI
menetapkan sistem nilal tukar mengambang terkendali dengan memberikan toleransi
devaluasi rupiah terhadap US$ sebesar 3-5%.
Tujuan dari tulisan ini adalah untuk mengetahui kinerja nilai tukar rupiah
terbadap mata uang negara mitra dagang utama. Negara mitra dagang utama yang
diambil adalah lima negara yaitu Amerika Serikat, Jepang, Jerman, Singapura dan
China yang diambil dari laporan Litbang Depperindag.
Secara umum kinerja nilai tukar rupiah terhadap lima negara mitra dagang
utama cenderung melemah, kecuali untuk nilai tukar rupiah terbadap Rmb China
dimana nilai tukar rupiah cenderung menguat Kondisi ini terliliat dari perbandingan
hasil ramalan nilai tukar yang diperoleh dari perhitungan melalui Purchasing power
Parity (PPP) dan Interest Rate Parity (IRP) dengan nilai tukar rupiah yang
sesungguhnya terjadi di pasar. Keadaan membalik terjadi sejak tahun 1995 dimana
nilai tukar rupiah terlihat cenderung menguat terhadap US$, Yen, DM maupun dolar
Singapura.
Namun apa yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 adalah rupiah
mengalami goncangan di pasar sehingga menyebabkan kepanikan pelaku ekonomi
dan otoritas moneter di Indonesia. Karena tidak bisa dipungkiri bahwa kondisi ini
telah menimbulkan rentetan penistiwa yang menimbulkan kerugian ekonomi baik
mikro maupun makro. Kondisi ini yang pada akhirnya otoritas moneter menetapkan
sistem nillai tukar mengambang dimana nilai tukar sepenuhnya diserahkan pada
kekuatan pasar.
lmplikasi dengan melemahnya rupiah terhadap mata uang asing terutama
US$ seharusnya memberikan momen yang tepat untuk meningkatkan ekspor
Indonesia. Karena salah satu permasalahan yang memperparah krisis mata uang
sekarang adalah buruknya kinerja neraca perdagangan, sedangkan cadangan devisa
merupakan kunci utama untuk mencegah kemelut mata uang.