Faktor budaya kerap terabaikan dalam menghadapi kebutuhan permukiman pasca bencana alam. Kealpaan ini menyebabkan banyak proyek permukiman pasca bencana dinilai tidak berhasil. Hal ini ditandai dengan ditinggalkannya rumah tinggal tersebut, seperti yang terjadi pada studi kasus permukiman pasca gempa bumi di Gediz, Turkey dan di Wolofeo, Flores, Indonesia. Sebagian masyarakat yang tetap tinggal di rumah tinggal pasca gempa tidak dapat beraktivitas seperti sebelumnya. Terlihat adanya ketimpangan-ketimpangan sehingga perkembangan budaya maupun ekonomi berjalan dengan tidak baik. Tulisan ini memperlihat pentingnya pemahaman budaya dan arsitektur vernakular masyarakat setempat sebagai preseden dalam merancang permukiman pasca bencana alam. Tujuan dari tulisan ini adalah memaparkan bagaimana faktor budaya dapat berperan dalam perancangan permukiman pasca bencana alam.