ABSTRAKpeningkatan kualitas sumber daya manusia menjadi sasaran
pendidikan di Indonesia. Berbagai kalangan mulai memberikan
perhatian yang cukup besar dewasa ini dengan semakin mening
katnya kesadaran akan pentingnya masalah sumber daya ini dalam
menunjang usaha peningkatan daya saing dalam menghadapi era
globalisasi yang tak terelakkan lagi. sarana pendidikan sebagai
salah satu penunjang dunia pendidikan yang bernilai strategis
telah cukup lama kurang mendapat porsi perhatian yang memadai
untuk dapat mengimbangi sasaran yang ingin dicapai. Maka karya
akhir ini dibuat dengan tujuan menyoroti berbagai permasalahan
strategik yang dihadapi oleh usaha yang bergerak di bidang
perbukuan, sesuai dengan kondisi usaha dalam industri ini di
Indonesia.
Penulisan karya akhir ini dilaksanakan dengan metodologi
analisa deduktif atas hasil pengamatan, untuk kemudian ditarik
kesimpulan sebagai hasil akhir dari penelitian. Obyek peneli
tian adalah kelompok usaha ?X? yang bergerak dibidang perbu
kuan.
Kelompok usaha ini memilih integrasi vertikal sebagai
strategi induk (grand strategy), dengan bidang usaha yang
terkonsentrasi. Pada kelornpok usaha ini unit-unit usaha yang
ada dikelompokkan menjadi delapan divisi, Masing-masing dengan
fungsi dan peran yang berbeda, walaupun tetap berkaitan dengan
perbukuan sebagai bidang usaha utama yang telah digeluti sejak
awal berdirinya kelompok usaha. Pengelompokan ini membentuk
divisi pasokan bahan baku, divisi percetakan, divisi penerbi
tan, divisi promosi, divisi penyalur, divisi toko buku, divisi
transportasi serta divisi catering & cleaning service.
Wilayah operasional keloinpok usaha mencakup hampir seluruh
propinsi di Indonesia, sehingga pasarnya menyebar dan spesifik
domestik, dengan sasaran pasar pendidikan dasar dan menengah,
mulai dan Taman Kanak-kanak hingga Sekolah Lanjutan Atas.
Dari hasil analisa diperoleh kesimpulan bahwa terdapat
beberapa faktor eksternal yang secara dominan mempengaruhi
industri perbukuan di Indonesia, antara lain gejolak dalam
industri penunjang, yaitu industri kertas dan berbagai kebija
kan Pemerintah yang berkaitan dengan pendidikan nasional.
Gejolak pada industri kertas terutama disebabkan oleh pemasok
yang oligopolistik dan proteksi yang masih diberikan Pemerintah
kepada industri kertas dalam negeri. Sedangkan pengaruh kebi
jakan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan di tahun-tahun
terakhir ini lebih bersifat positif, baik kepada dunia pendi
dikan secara umum maupun usaha perbukuan secara khusus. Kebi
jakan yang paling berpengaruh pada industri perbukuan nasional
adalah dibenlakukannya kurikulum baru pada tahun 1994 dengan
penerapan secara bertahap hingga tahun ataran 1996. Perhatian
pada minat baca masyarakat, antara lain dengan dicanangkannya
bulan Mei 1995 sebagai Bulan Buku juga merupakan aspek sosial
yang akan membuka peluang bagi industri-industri terkait untuk
mengembangkan usaha.
Strategi integrasi yang ditetapkan sebagai strategi induk
pada kelompok usaha ini ternyata belum didukung dengan strategi
generik yang jelas dan strategi tingkat divisi yang mencermin
kan ciri usaha yang terkonsentrasi. Hal ini disimpulkan dari
rendahnya efek sinergi yang tercipta dari konsentrasi usaha,
tidak meratanya beban kegiatan diantara divisi?divisi, serta
sering terjadinya kesalahan produksi. Dampaknya adalah biaya
penyimpanan yang tinggi dan hilangnya peluang penjualan yang
secara tidak langaung juga berakibatkan menurunnya pangsa
pasar.
Hal lain yang juga menyebabkan hilangnya peluang penjualan
adalah terlambatnya penyampaian produk ke pasar. Secara inter
nal, lemahnya strategi fungsional, menimbulkan kesan bahwa
keterkaitan antan divisi merupakan suatu hal yang dipaksakan.
Dampaknya, banyak program yang digariskan oleh manajemen tidak
dapat berjalan dengan baik karena lemahnya rasa keterikatan
antara satu divisi dengan divisi yang lain. Penyebab dan
berbagai hal di atas adalah leahnya strategi di tíngkat fung
sional (divisi), tidak ditetapkannya suatu strategi generik
yang dilembagakan dalam budaya organisasi, perencanaan yang
kurang matang serta kurang aktifnya peran koordinator sebagai
penghubung yang memonitor kegiatan antar divisi.
Untuk mengatasi masalah-masalah di. atas, maka disampaikan
beberapa saran, antara lain berupa penetapan dan pelembagaan
strategi generik biaya rondah (low cost) dan penggunaan kriter
ia optimasi waktu sikius (cycle time) sabagai kerangka dasar
koordinasi kegiatan antar divisi.
Walaupun damikian, dengan berbagai kendala yang masih
harus diperbaiki, hasil pemetaan posisi divisi-divisi kelompok
usaha pada GE Nine-Cell menunjukkan prospek yang cukup baik.
terutama bagi divisi penerbit, percetakan dan toko buku. Dengan
berbagai pembenahan yang terus diusahakan, peluang yang terbuka
akan menjadikan kelompok usaha ini sebagai salah satu kelompok
usaha yang patut diperhitungkan dalam kancah dunia usaha di
Indonesia.