ABSTRAKIndustri pakan ternak ayam, khususnya ayam ras, dalam beberapa
tahun terakhir mengalami perkernbangan yang pesat. Berkembangnya
industri ini tidak lepas dari peran Pemerintah dalam melakukan
pembenahan di bidang peternakan, yang dimulai sejak tahun 1967
dengan munculnya serangkaian KEPPRES dan Kebiiakan Pemerintah.
Jika dilihat besarnya minat investasi dalam bidang peternakan
ayam ras, diperkirakan industri pakannya akan makin berkembang
Juga; mengingat kebutuhan pakan ternaknya. Tetapi dilain pihak,
persaingan antar produsen pakan ayam juga akan makin meningkat.
Harga pakan ternak ayam ras dipasaran selama ini berfluktuasi,
yang disebabkan harga bahan bakunya yang tidak stabil. Terlebih
lagi sebagian bahan baku tersebut masih diimpor. Disamping itu
makin banyak peternak yang membuat makanan sendiri, khususnya
untuk ayam petelur. Tingkat keunggulan dalam bersaing akan
sangat ditentukan oleh seberapa jauh produsen mampu berproduksi
secara efigien, efektif dan ekonomis.
Performance audit yang dilakukan atas bidang logistik PT HRM,
menunjukkan bahwa fungsi pembelian dan pengelolaan bahan baku
di PT HRM belum efisien, efektif dan ekonomis. Akibatnya untuk
tahun 1993 saja, perusahaan mengalami kerugian ekonomis sebesar
Rp.318.506.900. Jumlah ini sangat signifikan dan akan memberi
pengaruh yang besar terhadap laba perusahaan.
Organisasi bidang logjstik PT HRM mencerminkan belum efisien
dan efektifnya fungsi pembelian dan pengelolaan bahan baku.
Tidak ada sentralisasi kekuasaan / wewenang dan tanggung jawab
terhadap pengendalian persediaan bahan baku. Perusahaan tidak
menggunakan Suatu Metode kuantitatif untuk membantu perencanaan
dari pengendalian persediaan bahan bakunya. Kontribusi kerugian
ekonomis yang diakibatkannya sebesar Rp.70.301.200, pada tahun
1993.Jumlah tersebut merupakan tambahan beban biaya penyimpanan
atau holding cost yang disebabkan tidak optimalnya tingkat
persediaan bahan baku. Penyimpanan dan penanganan bahan baku
tidak rnendukung proses produksi yang menghendaki sistem FIFO.
Kontribusi kerugian yang diakibatkannya pada tahun 1993 sebesar
Rp.51.261.100,-.
Kondisi keuangan perusahaan mengakibatkan bargaining position
perusahaan terhadap pemasok lemah. Bidang logistik gagal untuk
memperoleh bahan baku dengan harga yang tepat. Untuk tahun 1993
seharusnya perusahaan bisa menghemat pembelian bahan baku
minimal sebesar 2,5%, melalui perolehan potongan harga, atau
senilai Rp.198.944.600,-.
Langkah?langkah yang harus segera diambil perusahaan untuk
meningkatkan efisiensi, efektifitas dan keekonomisan dan
fungsi pembelian dan pengelolaan bahan bakunya, antara lain :
? Membenahi organisasi bidang logistik; sentralisasi kekuasaan
atau wewenang dan tanggung jawab atas persediaan bahan baku
pada sie pergudangan.
? Membuat prosedur mengnai penawaran bersairig dan catatan
prestasi mengenai pemasok sehingga bisa memperoleh bahan
baku dengan harga yang tepat dan dan pemasok yang tepat.
? Menggunakan metode kuantitatif untuk membantu perencaflaan
dan pengendalian persediaan bahan baku.
? Membuat prosedur penanganan dan penyimpanan bahan baku yang
baik, dan meningkatkan penjagaan lingkungarl pabrik.
? Mendapatkan komitmen mengenai pembayaran piutang dagangnya
dan perusahaan afiliasi dan menerapkan penalti atas setiap
keterlambatan pembayarannya. Disamping itu perusahaan perlu
menjadwalkan kembali hutang dagangnya guna memperbaiki dan
memperkuat bargaining positionnya terhadap pemasok dan
mendapat discount tambahan 2,5%