ABSTRAKKarya akhir ini mempunyai tujuan utama untuk membandingkan bagaimana dua pasar
modal dunia yaitu New York Stock Exchange (NYSE) dan Jakarta Stock Exchange(JSX) menilai
dua perusahaan minyak yang beroperasj di Indonesìa, yaitu Gulf Indonesia Resources(GRL) dan
Medco Energi International(VIEDC)
Kedua perusahaan minyak tersebut mengalami resiko operasional yang relatif sama,
karena semua aset yang dimilikinya berada di dalam wilayah Republik Indonesia. Namun dengan
melakukan pencatatan sahamnya pada dua bursa yang berbeda, seberapa perbedaan penghargaan
dan pasar terhadap nilai wajar perusahaan tersebut?
Jika pertanyaan tersebut terjawab, maka bagi perusahaan yang nilainya dianggap lebih
rendah oleh pasar modal dimana la melakukan pencatatan, maka ia dapat mempertimbangkan
untuk memìndahkan tempat pencatatan sahamnya atau paling tidak melakukan pencatatan didua
bursa sekaligus (dual listing).
Nilai sebuah perusahaan minyak didapat dari nilai cadangan yang dimilikinya. Cadangan
minyak yang dimiliki sebuah perusahaan minyak dibagi menjadi beberapa tingkatan sesuai
dengan tingkat kepastian jumlah yang dapat diangkat ke permukaan bumi. Jumlah cadangan
dengari kepastian paling tinggi disebut sebagai jumlah cadangan ?terbukti? (Proven). Dan jumlah
cadangan inilah nilai sebuah perusahaan diperhitungkan.
Seluruh perusahaan minyak yang beroperasi di Indonesia bekerja dibawah kontrak dengan
Pemerintah RI yang diwakili oleh Pertamina. Ada beberapa skema kontrak yang biasa digunakan
antara kontraktor bagi hasil dengan Pertamina., namun yang paling umum digunakan adalah
kontrak bagi hasil (production sharing contract). Besamya presentase bagi hasil antara
kontraktor dan Pertamina juga dipengaruhi oleh perkiraan komoditas yang terdapat dalam
cadangan. Untuk cadangan gas, bagian yang didapat kontrakior relatif lebih besar dibandingkan
untuk minyak bumi. Hal ini dimaksudkan sebagai insentif bagi kontraktor agar mau
mengembangkan cadangan gas di Indonesia. Dalam laporan tahunan GRL dan MEDC disebutkan
jumlah netto cadangan terbukti yang menjadi hak perusahaan. Jumlah volume inilah yang
menjadi penentu bagi perhitungan nilai perusahaan.
Status Cadangan terbukti dapat dibagi menjadi dua, yaitu cadangan yang sudah
dikembangkan (developed) dan cadangan yang belum dikembangkan (undeveloped). Untuk
cadangan developed, perusahaan telah mengeluarkan biaya-biaya untuk melakukan pengeboran
sumur produksi dan pembangunan fasilitas permukaan, sehingga biaya yang dikeluarkan relatif
hanya untuk operasi saja (operating expense). Sedangkan untuk cadangan yang undeveloped
perusahaan belum melakukan pengeluaran biaya modal (capital expenditure).
Sifat dan status cadangan terbukti ini membawa implikasi kepada metode yang lebih tepat
untuk mengukur nilai cadangan. Untuk cadangan dengan status develop free cashflow-to-the firm
akan Iebih mengganibalkan nilai intrinsiknya. Sedangkan untuk cadangan yang undeveloped
maka digunakan real option valuation dengan pendekatan Black-Scholes. Pendekatan Black
Scholes yang biasanya digunakan untuk financial option dapat digunakan untuk menilai cadangan
Sumber daya alam dengan menganalisa parameter-parameter financiaI option yang
menggunakan saham sebagai underlying asset dengan cadangan sumber daya alam sebagai
underlying asset. Dalam hal ini terdapat beberapa hal yang tidak sepenuhnya sama, karena
memang pada saat Black-Scholes model dikembangkan, ia didasarkan pada sifat-sifat harga
Saham sebagai underlying asset-nya.
Dari hasil perhitungan, ketika digunakan parameter diskonto untuk perusahaan minyak di
NYSE, maka harga pasar GRL adalah 53,58% dari nilai intrinsiknya. Sedangkan MEDC dengan
parameter diskonto NYSE dihargai 37,57% dari nilai intrinsiknya. Ketika kedua perusahaan
dinilai berdasarkan parameter diskonto indonesia, maka GRL dihargai 81,04% dari nilai
intninsiknya, sedangkan MEDC dihargai 58,79% dari nilai intrinsiknya.