Tulisan ini adalah revitalisasi pasar tradisional Indonesia. Karena berbagai alasan, termasuk peningkatan cepat jumlah pasar modern dan pusat perbelanjaan, terjadi penurunan umum dalam sejumlah pasar tersebut. Pemerintah Indonesia mengambil posisi bahwa pasar tersebut dan tetap penting bagi negara dan karena itu telah mengembangkan kebijakan khusus yang bertujuan untuk merevitalisasi mereka. Pelaksanaan kebijakan ini dalam konteks lokal akan menjadi fokus dari tulisan ini. Peran pemerintah daerah dalam pembangunan telah penting setelah proses desentralisasi, sebagai pemerintah daerah adalah pelaksanaan kebijakan yang dihasilkan dari pemerintah pusat. Konteks lokal yang akan dibahas dalam makalah ini adalah Surakarta salah satu kisah sukses di pasar revitalisasi tradisional di Indonesia. Implementasi kebijakan di Surakarta ditenggarai lebih baik dari pada kebanyakan kota-kota lain.
Ada tiga pelajaran dari penelitian ini. Pertama, ada kombinasi dari lima kapasitas yang menentukan efektivitas implementasi kebijakan. Pelaksanaan kebijakan tidak bisa mengandalkan hanya satu dimensi. Efektivitas implementasi kebijakan tergantung pada aspek-aspek yang komprehensif dari lima dimensi kapasitas. Kedua, ada aktor yang menonjol yang dapat memberikan stimulasi yang tepat untuk mempromosikan perubahan. Dalam hal ini, aktor yang menonjol adalah pemimpin. Ketiga, institusi informal yang sama pentingnya dengan yang formal. Kedua institusi formal dan informal dapat mendukung pembangunan.