Seeking to offer a balanced perspective to gender inequality and the division of household labor among middle-class,
working married men and women in Japan and Indonesia, this paper examines the effects of individual-level
characteristics (relative income, working hours, gender ideology) as well as the country-level factors (e.g. GEM:
Gender Empowerment Measure) on the dynamics of housework distribution between spouses in both countries.
Statistical analyses show a number of significant correlations between these variables, among which gender ideology
seems to be of particular importance. Perhaps the most enlightening finding of all is that despite their lower GEM rank
compared to Japan, the Indonesian respondents have relatively egalitarian division of labor in their households. This
finding provides a new insight that GEM, which emphasizes the political economy aspects of a country, may not be
sufficient to capture gender disparities without considering other socio-cultural factors in the complexity of day-to-day
actual division of housework.
Makalah ini mengkaji dampak-dampak yang ditimbulkan oleh ciri-ciri pada level individu (jumlah pendapatan rata-rata,
jam kerja, pandangan tentang gender) dan juga faktor-faktor pada level negara (seperti GEM atau Ukuran
Pemberdayaan Gender) terhadap dinamika pembagian pekerjaan rumah tangga di antara suami dan istri di kedua
negara. Makalah ini bertujuan untuk menawarkan sudut pandang yang berimbang mengenai ketidaksetaraan gender dan
pembagian pekerjaan rumah tangga di antara laki-laki dan perempuan kelas menengah di Jepang dan Indonesia yang
telah menikah dan memiliki pekerjaan. Analisis statistik menunjukkan adanya sejumlah korelasi yang kuat di antara
variabel-variabel ini, dengan pandangan tentang gender sebagai variabel yang terlihat cukup signifikan. Temuan yang
mungkin paling mencerahkan adalah bahwa ternyata responden Indonesia menerapkan sistem pembagian kerja yang
lebih merata di dalam rumah tangga mereka, sekalipun menunjukkan skor GEM yang lebih rendah daripada orang
Jepang. Temuan ini membuka wawasan baru bahwa GEM, yang cenderung menekankan pada aspek-aspek politik dan
ekonomi suatu negara, mungkin kurang memadai untuk mengukur kesenjangan gender karena tidak memerhatikan
faktor-faktor sosial budaya lain yang terkandung di dalam kompleksitas pembagian pekerjaan rumah tangga sehari-hari.