Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana representasi tuturan calon gubernur Sulawesi Selatan menjelang
pemilihan gubernur tahun 2013 khususnya dalam aspek kesopanan berbahasa dan bagaimana hubungan antara budaya
tutur masyarakat Sulawesi Selatan dengan maksim kesopanan berbahasa yang secara universal diikuti. Penelitian ini
menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan pendekatan pragmatik. Data dalam penelitian ini ialah data tertulis,
yakni tuturan para calon gubernur Sulawesi Selatan yang diambil dari media cetak terbesar di Sulawesi Selatan, yakni
Harian Fajar dan Tribun Timur selama 4 bulan, yaitu bulan April, Mei, Juni, dan Juli. Data yang berupa tuturan para
politisi dikaji berdasarkan maksim-maksim yang secara universal diikuti untuk menunjukkan kesopanan berbahasa
terhadap lawan tuturnya. Dalam melakukan pemaknaan, peneliti juga memperhatikan konteks tutur budaya masyarakat
Sulawesi Selatan. Maksim-maksim yang digunakan adalah maksim kebijaksanaan, maksim kedermawanan, maksim
penghargaan, maksim kesederhanaan, maksim pemufakatan, dan maksim simpati. Penelitian ini menemukan bahwa
tuturan calon gubernur Sulawesi Selatan yang sesuai dengan maksim kesopanan berbahasa cenderung mengikuti
maksim penghargaan, tuturan calon gubernur Sulawesi Selatan yang melanggar maksim kesopanan berbahasa
cenderung mengikuti maksim kesederhanaan. Berdasarkan berbagai tuturan yang dianalisis, dapat dilihat bahwa tuturan
calon gubernur Sulawesi Selatan cenderung sesuai dengan maksim kesopanan berbahasa. Beberapa tuturan yang
diinterpretasikan dengan konteks budaya tutur masyarakat Sulawesi Selatan memperlihatkan bahwa terdapat kesesuaian
antara budaya tutur masyarakat Sulawesi Selatan dengan maksim kesopanan berbahasa yang peneliti gunakan.
The research looks into the Governor Candidate of South Sulawesi’s representation of speech acts leading up to the
governor’s election in 2013, in particular into politeness and the relation between cultural speech acts in South Sulawesi
society and universal politeness maxim. The research is qualitative with pragmatic approach. This research uses written
data from the utterances of the South Sulawesi’s incumbent Governors printed in the biggest mass media in South
Sulawesi—Harian Fajar and Tribun Timur—for 4 months, in April, May, June, and July. The data, in the form of
utterances produced by the politicians, are analyzed based on maxims that are universally used to show politeness
towards their addresses. In analyzing meanings, researchers also consider the cultural context in which speech acts
occured in South Sulawesi society. The maxim involved tact maxim, generosity maxim, approbation maxim, modesty
maxim, agreement maxim, and sympathy maxim. The research finds that the utterances by the incumbent Governors of
South Sulawesi conform to politeness maxim in accordance with approbation maxim, while the utterances by the
governor candidate of South Sulawesi that violate the politeness maxim tend to adhere to modesty maxim. Utterances
that are analyzed show that the utterances produced by the governor candidate of South Sulawesi are more likely to
conform to politeness maxim. Several utterances that are interpreted within South Sulawesi cultural context of speech
acts show that there is appropriateness between cultural speech act in South Sulawesi society and maxim of politeness
used in this research.