Sebagai bangsa, Indonesia terdiri dari bermacam suku dengan budaya serta agama yang berbeda. Penolakan terhadap keragaman, serta penekanan pada "keselarasan" yang sekian lama ditanamkan para penguasa di masa silam, akhirnya meluap ke permukaan sebagai kerusuhan. Apabila ditelaah secara lebih mendalam, hal mendasar yang sesungguhnya dapat menjembatani masalah tersebut adalah adanya toleransi terhadap pihak yang berbeda dengan kita. Pemahaman dari suatu relasi toleransi menurut François Schanen terutama diwujudkan dalam bentuk bahasa. Oleh karena itu penelitian ini memilih karya sastra dan esai dalam surat kabar yang bertema SARA maupun disintegrasi bangsa sebagai korpusnya.
Dari analisis interdiskursus antara teks sastra dan teks non-sastra dapat disimpulkan bahwa terdapat kesejajaran pola pikir yang ditawarkan kedua jenis teks tersebut terhadap wacana toleransi di Indonesia. Kekerasan di tanah air disebabkan oleh tidak adanya toleransi terhadap yang berbeda baik itu perbedaan pendapat, agama, etnis, maupun ras. Hal ini mengakibatkan meluasnya kebencian semu terhadap kelompok agama, ras, dan etnis tertentu.
The Indonesian people as a nation consist of a variety of ethnic groups with differentiated culture as well as witch has been planted over such long periods by authorities, has finally exploded coming to the surface in form of various rioting. Should a more in-depth analysis be made then, the actual basic matter to bridge the problem in the existing tolerance for the differences within our multicultural society. An understanding of a certain related tolerance according to François Shanen is expressed in language. As such, literary works and other essays in newspaper with SARA as themes as well as the nation disintegration, forms the corpus of this investigation.
From the analysis of the interdiscourse between literary and non-literary texts, it has been conclude that there exists a parallel of thought patterns offered by the literary and non-literary texts against the insight of tolerance in Indonesia, that is violence in the country as caused by there being no tolerance for that which is difference be in differing opinions as to religion, ethnicity or race. Such matter has brought forth the spread of deceptive hatred against religious, racial and certain ethic groups.