ABSTRAKIndustri retail di Jakarta telah mengalami perkembangan yang pesat.
Semula retailer modern hanya merupakan alternatif pilihan tempat belanja bagi
masyarakat Jakarta, kini telah menjadi tempat yang tepat untuk berbelanja.
Didukung pula oleh munculnya berbagai mal atau pusat perbelanjaan modern
yang menyajikan konsep one-stop-shopping serta masuknya para retailer asing
yang umumnya masuk melalui sistem franchise.
Masuknya retailer asing menimbulkan pro kontra baik di kalangan para
pengamat industri retail maupun di dalam asosiasinya sendiri sehingga sempat
menimbulkan perpecahan antara kubu yang pro dan yang kontra.
Untuk mendukung pendapat bahwa dengan masuknya retailer asing
tidak akan mematikan retailer lokal, maka penulis mencoba membahas
permasalahan tersebut dengan mengambil subyek pada tiga department store,
yaitu Metro dan Seibu sebagai retailer asing dan Matahari sebagai retailer
lokal.
Berdasarkan hasil analisis, ternyata retail lokal dalam hal ini Matahari
tidak terlaiu banyak terpengaruh dengan masuknya Retail Asing karena pada
dasarnya pangsa pasar yang mereka bidik adalah berlainan. Retail Asing
membidik pasar atas sedangkan retail lokal membidik pasar menengah yang
besarnya 60%. Salah satu tujuan dari Retail asing masuk ke Indonesia adalah
untuk menjaring konsumen yang biasa pergi ke luar negeri untuk berbelanja,
maka dengan menyediakan merchandise yang ekslusif dan bertaraf
Internasional mereka berkeyakinan dapat mengalihkan tujuan belanja mereka,
sekaligus menawarkan suatu gaya hidup baru. Sedangkan Matahari untuk
menghadapi retail asing yang masuk berusaha untuk menguatkan diri pada
segmen yang sudah mereka kuasai tetapi juga merambah untuk melayani pasar
kelas atas dengan konsep yang sama sekali lain yaitu Galleria.
Keberhasilan strategi Matahari dapat dilihat dari kenyataan bahwa total
sales turn over untuk industri retail adalah sebesar Rp 5,3 trilyun dimana Rp 2
trilyun merupakan kontribusi dari Matahari