UI - Makalah dan Kertas Kerja :: Kembali

UI - Makalah dan Kertas Kerja :: Kembali

Perubahan peran wanita di dalam upacara minum teh Jepang = The changes of a womens role in the Japanese tea ceremony

Firdha Amalia Nurdiwanti; Bambang Wibawarta, supervisor (Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2016)

 Abstrak

ABSTRAK
Upacara minum teh di Jepang di sebut sebagai Chanoyu. Chanoyu merupakan ritual tradisional yang menerapkan kedisiplinan, tujuan hidup dan cara berpikir. Teh bubuk hijau pekat yang di buat dan disuguhkan kepada tamu adalah pengaruh kuat dari Zen Buddha. Jepang menganut sistem Ie yang menempatkan wanita pada posisi kedua. Chanoyu menerapkan sistem Ie yang berbeda, pemimpin ritual bukan dilihat berdasarkan gender namun keahlian seeoarng dalam memahami dan mendalami pembuatan teh. Periode Meiji wanita diajarkan untuk menjadi wanita yang ideal yaitu ryosai kenbo. semenjak itu kurikulum sekolah khusus wanita di periode meiji menerapkan pelajaran moral kepada murid nya melalui Chanoyu. Setelah Perang Dunia ke II berakhir wanita tertarik kepada Chanoyu untuk melapaskan diri dari peran seorang Istri dan Ibu, untuk bersosialisasi di luar rumah. Wanita muda yang belum menikah mengikuti Chanoyu untuk melatih diri sebagai calon Istri dan Ibu yang baik. Mayoritas kaum Pria yang menduduki jumlah pemimpin ritual chanoyu kini berbading terbalik. Sejak saat itu peran wanita Jepang di dalam Upacara minum teh Jepang berubah.

ABSTRACT
The Japanese tea ceremony is called chanoyu. chanoyu is a traditional way to express a dicipline, way of life, and the way of thinking. Green thick powder tea that is make and serve to the guests actively strongly influenced by Zen Buddhism. Japan has a system Ie that put woman in a second position. Chanoyu has a different system of Ie, in this system the leader of Chanoyu is not seen by a gender but by how that person realling pursuing themselves into the skills and mastery in the tea ceremony. At the Meiji Period woman are teach as an ideal woman that is called ryosai kenbo. since then they put chanoyu into their curricullum especially for girl rsquo s school to teach them a moral lesson that adopted from chanoyu. After the world war II end woman are into Chanoyu because of to release a role from a mother and a wife, and to socialize outside the house. Young woman who are not yet married, get into the Chanoyu class to prepare themselves to become a good wife and good mother. Whereas the great majority of the chanoyu rsquo s leader, the resulted now overturned. Since that time Japanese woman roles in Japanese Tea Ceremony has changed.

 File Digital: 1

Shelf
 MK-Firdha Amalia Nurdiwanti.pdf :: Unduh

LOGIN required

 Metadata

Jenis Koleksi : UI - Makalah dan Kertas Kerja
No. Panggil : MK-pdf
Entri utama-Nama orang :
Entri tambahan-Nama orang :
Entri tambahan-Nama badan :
Program Studi :
Subjek :
Penerbitan : [Place of publication not identified]: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2016
Bahasa : ind
Sumber Pengatalogan : LibUI ind rda
Tipe Konten : text
Tipe Media : computer
Tipe Carrier : online resource
Deskripsi Fisik : 23 pages : illustration ; appendix
Naskah Ringkas :
Lembaga Pemilik : Universitas Indonesia
Lokasi : Perpustakaan UI., Lantai 3
  • Ketersediaan
  • Ulasan
  • Sampul
No. Panggil No. Barkod Ketersediaan
MK-pdf 10-19-957772908 TERSEDIA
Ulasan:
Tidak ada ulasan pada koleksi ini: 20446903
Cover