UI - Tesis Membership :: Kembali

UI - Tesis Membership :: Kembali

Kualitas air minum dan peran serta masyarakat dalam proyek sanitasi dan saluran pembuangan air limbah Setiabudi, Jakarta

Nainggolan, Riris; Haryoto Kusnoputranto, supervisor; Rustamadji, supervisor ([Publisher not identified] , 1992)

 Abstrak

ABSTRAK
Proyek sanitasi dan pengolahan limbah rumah tangga di Jakarta (Setiabudi Sewerage and Sanitation Project) sebagai kerja sama pemerintah Republik Indonesia dan Bank Dunia telah dilaksanakan sejak tahun 1983. Tahap pertama proyek sanitasi ini yang bersifat percontohan meliputi wilayah Setiabudi-Tebet Manggarai. Tujuan proyek tersebut selain untuk pengendalian banjir adalah pengelolaan limbah rumah tangga dan sanitasi lingkungan yang dewasa ini sudah berada pada tingkat pencemaran yang dapat membahayakan kesehatan. Pencemaran lingkungan termasuk sungai yang sudah cukup memprihatinkan ini terjadi hampir di seluruh sungai di kota-kota besar di Indonesia di antaranya Ciliwung di Jakarta. Hal ini antara lain disebabkan masih banyak penduduk yang belum menyadari arti hidup sehat. Di daerah perkotaan dengan peningkatan penduduk yang relatif tinggi masih banyak warga masyarakat yang membuang limbah rumah tangga dan kotoran di tempat tidak semestinya yakni di halaman, got dan sungai disekitarnya yang memperberat pencemaran sumber air bersih dan air tanah. Air bersih yang diperoleh dari unit-unit pengolahan air minum yang terdapat hampir di sleuruh Kotamadya di Indonesia baru dapat melayani sekitar 36% penduduk. Selebihnya penduduk menggunakan sumber air bersih yang tidak terawasi dari air tanah (sumur pompa, sumur gali) dan air permukaan (kali/sungai) sebelum diolah terlebih dahulu. Dari hasil studi yang pernah dilakukan di daerah proyek sebelum proyek sanitasi (JSSP) dilaksanakan ternyata bahwa pembuangan kotoran penduduk yang memenuhi syarat hanyalah 52,20% dan sebagian penduduk membuang kotoran di sungai-sungai sekitarnya termasuk Ciliwung dan Kali Krukut yang merupakan sumber air baku untuk air minum.
Selanjutnya diketahui bahwa air minum yang memenuhi syarat hanaylah 12& dengan parameter pencemar yang utama nitrit (NO2) yang biasanya berasal dari resapan jamban dan pembuangan limbah, proyek sanitasi semacam JSSP termasuk suatu inovasi atau hal yang baru di daerah Jakarta yang dapat menimbulkan berbagai sikap masyarakat karena melalui proyek ini diharapkan masyarakat dapat terdoronf untuk membayar dan memelihara saran kesehatan lignkungan yang ada.
Dalam proyek ini diperkenalkan suatu tindakan membayar dari penduduk untuk pembuangan limbah rumah tangganya seperti halnya yang terlaksana dalam pembuangan sampah atau air minum.
Dari beberapa pengalaman di berbagai daerah di Indonesia ternyata sarana sanitasi bantuan pemberintah hanya sebagian kecil dalam keadaan baik. Dalam penangan dan pemeliharaan serta pemanfaatan sarana kesehatan lingkungan diperlukan partisipasi masyarakat agar sarana tersebut dapat bermanfaat dan terpelihara dengan baik. Pemeliharaan dan pemanfaatan sarana kesehatan lingkungan termasuk jamban/kakus diharapkan dapat mebgurangi terjadinya pencemaran lingkungan termasuk air tanah.
Sehubungan dengan itu studi ini mempunyai tiga tujuan. Pertama mengetahui sikap masyarakat dalam penerimaan terhadap pembangunan JSSP mencakup penyediaan dan penggunaan sarana air minum, jamban dan pembuangan sampah serta buangan limbah rumah tangga. Kedua, mengetahui kualitas air minum (air bersih) disekitar proyek sanitasi. Ketiga merumuskan alternatif intervensi masalah pembangunan kesehatan yang berhubungan dengan proyek sanitasi.
Lokasi studi ini dibatasi di daerah proyek sanitasi yang sudah dibangun kakus umum yakni kelurahan-kelurahan menteng dalam. Menteng Atas, karet dan Manggarai, dengan responden keluarga untuk wawancara adalah Ibu rumah tangga aau anggota keluarga yang sudah dewasa. Selain itu wawancara anggota keluarga yang sudah dewasa. Selain itu wawancara dilakukan terhadap petugas keluarahan, RT dan pengelola saran yang ada. Rumah tangga yang diwawancarai seluruhnya berjumlah 210.
Temuan pertama, sebanya 65,8% penduduk menggunakan jamban/kakus umum yang dibangun proyek sanitasi. Setipa kakus tersbeut dipakai bersama puluhan keluarga lainnya. Diketahui pula selanjutnya bahwa sebanyak 3B,7% dari jamban yang ada tidak terpelihara. Sejumlah 167 keluarga (78,8%) mempunyai saran air bersih sendiri. Saran penyediaan air bersih yang terpelihara sebanyak 100 (47,8%) sedangkan yang lainnya tidak bersih dan rusak. Sebanyak 22,8% keluarga mempunyai tempat limbah padat sedangkan yang memenuhi syarat hanya 79,1% keluarga membakar sampahnya (limbah padat) atau membuang ke kali, pasar dan tanah terbuka. Sebanyak 62,6% saluran air limbah yang ada pada masyarakat memenuhi syarat.
Temuan studi ke dua memperlihatkan tidak adanya perubahan kualitas air minum (air bersih) di sekitar proyek sanitasi. Kandungan pencemar kimiawi yakni nitrit (NO2) dan bakteriolohik (coliform)gidak menunjukan penuruan yang berarti. Dari sikap masyarakat yang berhubungan dengan pemeliharaan sumber-sumber air bersih dapat diketahui kebiasaan sehat masih kurang.
Dari mobilitaspenduduk yang cukup besar, dapat diduga sulitnya melaksanakan penyuluhan kesehatan dengan hasil yang diinginkan.
Berdasarkan temuan diatas penelitian ini mengajukan alternatif cara peningkatan peran serta masyarakat dalam proyek sanitasi dengan lebih mengikutsertakan masyarakat dimulai dari tahap perencanaan proyek, pelaksanaan dan pemanfaatan sarana sani tasi yang dibangun. Perlu membantuk suatu organisasi khusus yang dapat menyelenggarakan atau mengelola sarana sanitasi yang dibangun. Organisasi ini melibatkan tokoh masyarakat, pelaksana penanggung jawab sarana serta pengelola program. Melalui organisasi inidiharapkan dapat dilakukan evaluasi dan intervensi hal-hal yang mengambat pelaksanaan pembangunan kesehatan
Terutama mengingat mobilitas penduduk yang cukup besar penyuluhan kesehatan sebaiknya diberikan berkali-kali mencakup kebersihan dan penyehatan lingkungan. Dengan demikian diperlukan pendayagunaan lembaga-lembaga yang ada termasuk petugas kelurahan dan atau sistem keamanan lingkungan (siskamling) serta penerapan peraturan pemerintah mengenai pengelolaan lingkungan, diantaranya adalah peraturan tentang kebersihan lingkungan diwilayah daerah khusus ibukota jakarta.

ABSTRACT
The sanitation project and the management of the management of the domestic waste in Jakarta has been implemented as a cooperation between the Government of Indonesia and the world Bank, has been executed since 1983. The first stage of this sanitation project was designed as a model covering setiabudi, tebet and manggarai districts. The purpose of the project in addition to flood control was to manage the domestic sewage and to improve the environmental sanitation which have reached the stage of contamination that could endanger the health of the community. These serious environmental pollution problems including water pollution occured in most big cities in Indonesia such as Ciliwung river in Jakarta. This among others is caused by the lack of awareness of the community who dispose their domestic waste improperly which increase the contamination of water and soil.
Clean water obtained from the drinking water treatment plant found in most big cities in Indonesia could only supply about 36% of the population. The rest of the population obtain water from the ground (shallow well-pumps and dug wells) and water from the rivers.
From the result of study which was carried out in the project regions before the Sanitation Project (JSSP) was implemented, it turned out that only 52,20% had sanitary disposal and part of the people defecate on the rivers including Ciliwung and Krukut which are the sources of drinking water. Furthermore it is known that drinking water which fulfill nitrite (NO2) usually comes from latrine and leachate from solid wasted dumping site.
Sanitation project is an innovation in Jakarta which could improve community attitude. In this project a system of community contribution has been introduces to over the expenses of removal of the domestic waste away from their homes the same way as their contribution for solid waste disposal and water supply.
From some experiences in several districts in Indonesia it turned out that the sanitation project as a government support, mostly are not well maintained. Form the operation, maintenance and utilization of the environmental health facilities, community participation is very much needed. The maintenace and utilization of the environmental health facilities including public latrines are menat to reduce the environmental pollution including the groundwater. This can be seen thorugh the decrease of the level of fecal contaminants for example bacteria, including coli and nitrite.
The objectives if the study:
First to identify the attitude of the comunity in the case of accepting the JSSP including the supply and the utilization of drinking water facilities, latrine and domestic waste disposal. Second, to know the quality of the drinking water (clean water) in the neighbourhood of the sanitation project. Third, to formulate alternative interventions and evaluation of the health improvement in connection with the sanitation project. The location of this study was limited to the sanitation project area where public latrine have been built using ground water namely the districts of Menteng Dalam, Menteng Atas, Karet and Manggarai.
Respondents for interview consisted of housewives and adult members of the family. Besides that, interviews are also conducted for districts officials, RT and the officials in charge. The number pf families who were interviewed were 210. The first finding of the study was : about 65,8 % of the population make use of the public latrines built by the sanitation projects. Every latrine has been used together by ten families. It is known that 38.7% of the public latrines were not well maintained.
About 167 families (79,8%) have their own clean water facilities. Water cupply facilities which were well maintained 100 unites (47,8%) while others were not clean and in bad condition and 22,8% of the families have their own solid waste bins; among those only 79,1% met teh requirements. Other families burn their refuse ot throw them away into the rivers, in the streets or open places. About 62,6% or the waste water drainage in the community met the requirements. The second finding showed that there was no change in the quality of the drinking water (clean water) around their sanitation project. The content of chemical contamination such as nitrite (NO2) and coliform did not show a meaningful decrease. From the attitude of the community in connection with the maintenance of the sources of clean water, we observed that the healhty way of life were not implemented adequately.
Due to high mobility of the people we can assume that it is difficult to reach a good result of the health education. Based on the above mentioned findings, this studysubmit an alternative how to increase theparticipation of the community starting from the planning of the project, executing and the utilixation of the sanitation facilities which will be built.

 File Digital: 2

Shelf
 T4859-Riris Nainggolan.pdf :: Unduh
 T4859-Riris Nainggolan.pdf :: Unduh

LOGIN required

 Kata Kunci

 Metadata

Jenis Koleksi : UI - Tesis Membership
No. Panggil : T-Pdf
Entri utama-Nama orang :
Entri tambahan-Nama orang :
Entri tambahan-Nama badan :
Program Studi :
Subjek :
Penerbitan : [Place of publication not identified]: [Publisher not identified], 1992
Bahasa : ind
Sumber Pengatalogan : LibUI ind rda
Tipe Konten : text
Tipe Media : computer
Tipe Carrier : online resource
Deskripsi Fisik : xxi, 99 pages : illustration ; 23 cm + appendix
Naskah Ringkas :
Lembaga Pemilik : Universitas Indonesia
Lokasi : Perpustakaan UI, Lantai 3
  • Ketersediaan
  • Ulasan
  • Sampul
No. Panggil No. Barkod Ketersediaan
T-Pdf 15-17-221546259 TERSEDIA
Ulasan:
Tidak ada ulasan pada koleksi ini: 20448974
Cover