ABSTRAKKarya akhir ini membahas kasus yang terjadi pada PT. Krakatau Information
Technology, anak perusahaan PT. Krakatau Steel, akibat adanya deregulasi di bidang tataniaga
besi-baja. Proteksi yang selama ini dinikmati PT. Krakatau Steel, dikurangi menuju pada
dihilangjGm. Tidak ada pilihan bagi PT. Krakatau Steel selain meningkatkan efisiensi,
produktivitas, ketepatan waktu dan kualitas produknya.
PT. Krakatau Information Technology berperan untuk mendukung misi dan strategi
perusahaan induknya. Untuk melihat tujuan ini tercapai atau tidak, dilakukan analisis sebagai
berikut:
Pertama, analisis terhadap rasio-rasio likuiditas, profitabilitas, leverage dan efisiensi,
membandingkannya dengan pemsahaan pesaing yang berada dalam industri sejenis dan analisa
Du Pont untuk melihat kebijakan keuangan selama ini dalam menghasilkan pengembalian (return).
Untuk melihat kineija PT, Krakatau Information Technology dan sudut finansial dan
akuntansi saja tidak cukup, sehingga perlu didukung oleh analisis kedua yaitu terhadap misi
strategis dalam konteks hubungan parent - business potential untuk melihat value yang
mungkin tercipta dan adanya kesesuaian antara karakteristik perusahaan induk dan karakteristik
bisnis, dengan menggunakan Parenting fit matrix.
Analisis pertama menunjukkan return on equity pada tahun 1995 berada di bawah rata-
rata yakni sebesar 0.70% dibandingkan dengan pesaing perusahaan yang mencapai 23%.
Turunnya ROE disebabkan oleh penurunan profit margin, karena naiknya biaya-biaya umum,
administrasi dan biaya bunga.
Sementara itu analisis kedua berdasarkan fil analysis karakteristik bisnis dan
karakteristik holding company, berada pada value traps business, akibat kesalahan yang
dilakukan oleh holding company bahwa potensi bisnis menarik dan sesuai dengan strategi dan
karakteristik perusahaan induk (derajat yang tinggi).
Pengamatan yang lebih mendalam justru menunjukkan ketidaksesuaian antara
karakteristik bisnis dengan karakteristik perusahaaninduk (derajat ?misfit? yang tinggi).
Penyebab utalnanya adalah karena rendahnya sumber daya manusia yang berkualitas
dslam perusahaan, mengingat karakteristik dan bisnis sistem informasi membutubkan orang
orang customer oriented dalam usaha jasa.
Sedangkan PT. Krakatau Steel secara historis lebih kepada product/production
oriented. Padahal value secara nyata baru akan tercipta apabila ada kesesuaian antara
karakteristik bisnis dengan karakteristik perusahaan. Akibatnya tidak ada value yang tercipta
dan usaha anak perusahaan.