Krisis ekonomi yang berlangsung sejak pertengahan tahun 1997 membawa dampak serius terhadap perkembangan pasar modal kita. Kinerja pasar modal terus memburuk sebagaimana tercermin pada IHSG dan nilai kapitalisasi pasar yang mengalami penurunan, Banyak faktor yang mempengaruhi pergerakan harga saham ini, baik dari aspek internal yang mencakup kondísi fundamental emiten yang sahamnya tercatat dibursa, yaitu adanya penurunan kinerja emiten itu sendiri yang kian memburuk, maupun dari aspek eksternal meliputi krisis nilai tukar, kenaikan suku bunga, krisís perbankan, krisis kepercayaan dan kondisi gejolak sosial politik yang kian marak.
Melihat kondisi yang memprihatinkan, menimbulkan pertanyaan apakah harga saham di bursa efek pada kondisi krisis ekonomi tersebut masih mencerminkan kondisi fundamentalnya, yaitu bahwa saham yang mengalami penurunan nilai tersebut adalah saham-saham dimana emitennya mengalami penurunan kinerja atau merupakan hasil sentimen pasar belaka, atau perdagangan yang dilakukan hanya mengikuti arus yang terjadi di bursa dan tergantung pada informasi yang diidentifikasi sebagai rumor.
Sehubungan dengan fakta diatas, maka studi ini bertujuan untuk mengetahui apakah tingkat pengembalian harga saham di Bursa Efek Jakarta pada kondisi ksisis ekonomi (periode Desember 1997-Desember 1998) masih mencerminkan faktor fundamental emitennya.
Penelitian pada karya akhir ini dilakukan dengan metode analisa regresi berganda, dengan tingkat pengembalian harga saham sebagai variabel terikat dan faktor fundamental yang diperkirakan terexposure pada kondisi krisis ekonomi sebagai vanabel bebas. Berdasarkan volatilitas financial price risk (resiko suku bunga, resiko perubahan nilai tukar, resiko harga komoditi) yang terjadi pada kondisi krìsis ekonomi, ada lo falctor fundamental yang diperkirakan terexposure yaitu: lokasi penjualan produk, sensitivitas industri terhadap sikius bisnis, keberadaan bahan baku import. kondisi kewajiban perusahaan, proporsi kewajiban dalam mata uang asing, proporsi hutang dalam floating rate, kondisi biaya bunga, kondisi hedging, proporsi piutang dalam mata uang asing, kondisi likuiditas perusahaan.
Temuan studi menunjukan bahwa di Bursa Efek Jakarta terdapat keterkaitan yang signifikan antara tingkat pengembalian harga saham dengan faktor fundamental emiten pada kondisi krisis ekonomi periode Desember 1997 - Desember 1998. Walaupun pada saat tertentu arah tingkat pengembaliari barga saham tidak selalu mencerminkan fak?tor fundamental emiten. Hanya 32,3 % variasì tingkat pengembalian harga saham pada kondisi krisìs ekonomi yang dapat dijelaskan oieh faktor fundamental perusahaan dimana 67,8 % lebih cenderung disebabkan oleb faktor ekstemaj seperti kondisj ekonomi makro, suasana politik, kebijakan pemerintab ataupun faktor interna! lain yang tidak tercakup di dalam 10 faktor fundamental yang diteliti.
Penelitian ini menunjukan juga bahwa dari 10 faktor fundamental emiten yang diperkirakan mempunyai pengaruh terhadap tingkat pengembaIian harga saham pada kondisi krisis ekonomi (periode Desember 1997 - Desember 1998), terdapat 5 faktor yang secara signifikan mampu menjelaskan variasi perubahan tingkat pengembalian harga saham pada periode tersebut yaitu faktor lokasi penjualan produk (proporsi ekspor), sensitivitas industri terhadap sikius bisnis, proporsi kewajiban dalam mata uang asing, proposi hutang dalam floating rate dan kondisi likuiditas. Sedangkan keberadaan bahan baku import, kondisi kewajiban perusahaan, kondisi biaya bunga, keberadaan hedging dan proporsi piutang dalam mata uang asing tidak signifikan.
Ketidaksigniflkanan beberapa faktor fundamental tersebut dapat disebabkan tidak adanya keterkaitan faktor itu sendiri terhadap tingkat pengembalian harga saham, atau dapat pula dìsebabkan kondisi pasar modal dimana transaksi saham di BES tidak banyak dipengaruhi Gleh analisa fundamental emiten, maupun dan sumber data, dimana laporan keuangan sebagai sumber data tidak menunjukan nilai yang sesungguhnya (adanya window dressing)1 dan juga dalani pengolahan data; adanya our/yer, multikolinieritas pada variabel bebas, adanya keterbatasan dalam pengukuran variabel, contohnya pada variabel import dan hedging dimana sebagian besar perusahaan tidak menunjukkan nilai secara jelas sehingga harus direpresentasikan dalam bentuk dunrny variabel.
Untuk penelitian dimasa datang ada beberapa hal yang dapat menjadi pertirnbangan yaltu bahwa penelitian ini terbatas pada informasi yang tersedia di publik dan adanya ketidakseragaman iformasi yang diperoleh dari laporan keuangan sehingga terdapat beberapa penyederhanaan data yang dapat mempengaruhi hasil penelitian. Maka akan lebih baik apabila dalam penelitian selanjutnya informasi dapat diperoleh langsung dari masing-masing emiten. Selain itu untuk menggambarkan Bursa Efek Jakarta dalam kondisi bearish pada krisis ekonomi akan lebih baik apabila jumlah periode pengamatan ditambah dan adanya perbandingan pada periode sebelum krisis dengan faktor yang sama.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan input yang bermanfaat bagi para investor dalam meramalkan tingkat pengembalian harga saham berdasar faktor fundamental perusahaan pada kondisi bearish, dan bagi para peneliti yang akan mengadakan penelitian lebih lanjut pada masa datang tentang keterkaitan faktor fundamental emiten dan tingkat pengembalian harga saham di Bursa Efek Jakarta pada kondisi bearish.